Senin, Juni 28, 2010

Janganlah Ragu Pada Janji Allah

Sebagai hamba yang lemah janganlah menodai keyakinannya kepada janji Allah bila belum mendapat kenyataan janji-Nya. Manusia mengira bahwa tanda-tanda yang terjadi sebagai bukti akan turun janji Allah. Tetapi yang sesungguhnya tidak harus demikian adanya, sebab perhitungan Allah tidak sama dengan perhitungan hamba-hamba-Nya. Sebagaimana yang terjadi dalam Suhul-Hudaibiyah.
 
LAA YUSYAKKIKANNAKA FILWA’DI ‘ADAMU WUQUU’IL MAU’UUDI WAIN TA’AYYINA ZAMANUHU LI-ALLAA YAKUUNA DZAALIKA QADHAAN FII BASHIRATIKA WAIKHMAADAAN LINUURI SARIIRATIKA.
 
“Jangan sampai meragukan kamu, terhadap janji Allah, karena tidak terlaksananya apa yang telah dijanjikan itu meskipun telah tertentu (tiba) masanya, supaya tidak menyalahi pandangan mata hatimu, atau memadamkan nur cahaya hatimu (sirmu)”.

           
Sebagai hamba yang lemah janganlah menodai keyakinannya kepada janji Allah bila belum mendapat kenyataan janji-Nya. Manusia mengira bahwa tanda-tanda yang terjadi sebagai bukti akan turun janji Allah. Tetapi yang sesungguhnya tidak harus demikian adanya, sebab perhitungan Allah tidak sama dengan perhitungan hamba-hamba-Nya. Sebagaimana yang terjadi dalam Suhul-Hudaibiyah.

            Sebelum terjadi “Perdamaian Hudaibaiyah”, Rasulullah saw. sempat bermimpi bahwa beliau bersama para sahabatnya memasuki kota Mekah dan Masjidil Haram dalam keadaan sebahagian mereka bercukur rambut dan sebahagian lagi bergunting. Nabi mengatakan bahwa mimpi beliau itu akan terjadi nanti. “Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada Rasul-Nya tentang kebenaran mimpinya dengan sebenarnya (yaitu) bahwa sesungguhnya kamu pasti akan memasuki Masjidil Haram, insya Allah dalam keadaan aman, dengan mencukur rambut kepala dan mengguntingnya, sedang kamu tidak merasa takut. Maka Allah mengetahui apa yang tiada kamu ketahui dan Dia memberikan sebelum itu kemenangan yang dekat[1][1].  Ini yang menyatakan bahwa mimpi Nabi itu pasti akan menjadi kenyataan di tahun yang akan datang. Pada saat kaum muslimin ditolak memasuki kota Mekah dan Umroh oleh kaum Quraisy maka terjadi penandatanganan surat perjanjian yang dikenal dengan “Suhul Hudaibiyah” (Perdamaian Hudaibiyah).

            Andaikata pada tahun terjadinya Perdamaian Hudaibiyah  itu kaum muslim memasuki kota Mekah, maka keselamatan orang-orang yang menyembunyikan imannya yang berada di kota Mekah waktu itu dikhawatirkan. Ini sebagai bukti  kasih sayang Allah terhadap hamba-hamba–Nya dalam menunaikan janji-Nya walau ditunda sekalipun.

            Setelah memperhatikan serangkaian peristiwa “Perdamaian Hudaibiyah“ walau sekilas dapatlah ditarik garis lurus bahwa perhitungan Allah memang tidak sama dengan perhitungan hamba-hamba-Nya.

            Oleh karena itu, barang siapa dijanjikan Tuhannya pada waktu dan masa yang telah ditentukan, kemudian pada masa yang dijanjikan tidak turun apa yang diharapkannya maka janganlah berkelakuan seperti orang-orang munafik di zaman Rasulullah saw. Sebab hal semacam itu akan menodai keyakinan serta mengotori keimanannya kepada janji Allah.

            Karena syak (ragu) terhadap kebenaran janji Allah adalah kufur dan musyrik hukumnya. Juga membutakan matahati tuk memandang kebenaran janji Allah. Maka sudah selayaknya bagi seorang hamba itu mengenal Qadar-Nya dan beradab pada Tuhannya seraya sukun (tetap hati) memandang baik kepada-Nya pada barang yang dijanjikan–Nya. Seperti pandangan mereka, para ‘Arifin Billah, yang tak pernah berubah I’tiqod-nya.

            Maka jadikan dirimu dalam penyerahan kepada Allah secara total dengan diiringi rasa syukur kepada-Nya atas karunia yang ada padamu dalam menjalankan “Amar ma’ruf nahi munkar”. Juga apa-apa yang datang kepadamu adalah karunia dari-Nya sebagai bukti kasih sayang-Nya. Adapun sesuatu yang belum engkau dapatkan walau engkau menginginkannya, maka hal itu sebagai tanda penjagaan-Nya kepadamu. Sebab keinginanmu masih pada tahap warna nafsu yang akan mencelakakanmu.

            Nafsu itu yang selalu meluncurkan anak panah syahwat ke matahati, bila matahati terkena anak panah syahwat, jadilah hati itu buta.Yang dimaksud buta ialah buta dari kehendak Allah terhadap hamba-hamba-Nya. Resikonya, cahaya yang memancar di lubuk hati, juga disebut nurul asror  akan menjadi padam dan tak dapat menerangi akal tuk membedakan antara Atsar dengan Hukum.

            Perlu dipertegas disini, bahwa matahati itu ialah “Nur” yang diletakkan Allah dengan wasithoh kuat iman. Nur juga dapat diperoleh dari petunjuk akal yang suci, hingga meningkat menjadi Asror Rububiyah. Itulah yang disebut “Nurul Hidayah” yang menjadi tonggak perjalanan bagi orang-orang yang menuju kepada Allah dengan taburan Rohmaniyah-Nya. Maka sucilah hatinya dari syirik khofi yang mengotori hati dan menghambat perjalanan. Juga terlepas dari syak terhadap janji Allah hingga terbuka matahati dengan memperoleh petunjuk dan mahabah serta tak berkehendak kepada amal dan sebab.

Minggu, Juni 27, 2010

Keutamaan Dzikir

Hendaknya setiap muslim selalu merutinkan dzikir ini setiap kali dia keluar rumah untuk menunaikan hajat baik yang berkaitan dengan maslahat agama maupun dunianya. Dengan membaca dzikir ini, seseorang akan terjaga dalam perjalanannya, juga akan ditolong ketika menunaikan hajat dunia maupun agamanya.

Alhamdulillah wa shalaatu wa salaamu ‘ala Rosulillah wa ‘ala alihi wa shohbihi wa ajma’in.
Mungkin banyak di antara kita yang melupakan dzikir yang satu ini ketika hendak keluar rumah, padahal do’a ini memiliki faedah yang luar biasa. Apa dzikir tersebut?

Ketika keluar rumah, hendaklah setiap muslim merutinkan dzikir: Bismillahi tawakkaltu ‘alallah laa hawla wa laa quwwata illa billah (Dengan nama Allah, aku bertawakkal kepada Allah, tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan-Nya).

Dari Anas bin Malik, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا خَرَجَ الرَّجُلُ مِنْ بَيْتِهِ فَقَالَ بِسْمِ اللَّهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ قَالَ « يُقَالُ حِينَئِذٍ هُدِيتَ وَكُفِيتَ وَوُقِيتَ فَتَتَنَحَّى لَهُ الشَّيَاطِينُ فَيَقُولُ لَهُ شَيْطَانٌ آخَرُ كَيْفَ لَكَ بِرَجُلٍ قَدْ هُدِىَ وَكُفِىَ وَوُقِىَ ».
“Jika seseorang keluar rumah, lalu dia mengucapkan “Bismillahi tawakkaltu ‘alallah, laa hawla wa laa quwwata illa billah (Dengan nama Allah, aku bertawakkal kepada Allah, tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan-Nya), maka dikatakan ketika itu: “Engkau akan diberi petunjuk, dicukupkan dan dijaga”. Setan pun akan menyingkir darinya. Setan yang lain akan mengatakan: “Bagaimana mungkin engkau bisa mengganggu seseorang yang telah mendapatkan petunjuk, kecukupan dan penjagaan?!” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Dzikir ini adalah dzikir yang penuh keberkahan dan penuh kemanfaatan bagi seorang muslim. Hendaknya setiap muslim selalu merutinkan dzikir ini setiap kali dia keluar rumah untuk menunaikan hajat baik yang berkaitan dengan maslahat agama maupun dunianya. Dengan membaca dzikir ini, seseorang akan terjaga dalam perjalanannya, juga akan ditolong ketika menunaikan hajat dunia maupun agamanya. Seorang hamba hendaklah selalu merasa butuh dengan Rabbnya dan janganlah dia lepas dari-Nya walaupun hanya sekejap mata. Allah-lah sebaik-baik penjaga, penolong dan pemberi petunjuk. Seorang hamba tidaklah mungkin dapat menyelesaikan hajatnya hingga usai selain dengan meyerahkan segalanya pada Allah. Oleh karena itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan kita dzikir ini ketika kita keluar rumah agar kita senantiasa mendapat petunjuk di perjalanan, diberi kecukupan dalam menunaikan hajat dan terlindung dari gangguan setan.

Keutamaan Dzikir Ini
  1. Akan senantiasa mendapat petunjuk ke jalan yang benar. Allah akan senantiasa memberi petunjuk disebabkan seseorang meminta pertolongan pada Allah melalui dzikir ini. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, tidak mungkin ada yang dapat menyesatkannya.
  2. Akan diberi kecukupan dalam setiap hajat yang ingin dilakukan baik dalam perkara duniawi maupun ukhrowi.
  3. Akan terlindungi dari gangguan musuh yaitu setan dan lainnya.
  4. Setan akan menyingkir (menjauh) dari orang yang membaca dan meyakini dzikir ini karena dia telah memiliki benteng atau pelindung dari gangguan setan yang terkutuk.
  5. Jika ada setan lain yang akan mengganggunya atau menyakitinya, setan yang lain akan mengatakan pada setan tersebut: Bagaimana mungkin engkau bisa mengganggu orang yang telah mendapat petunjuk, kifayah (kecukupan) dan wiqoyah (perlindungan).
Keutamaan ini semua menunjukkan pada kita mengenai pentingnya membaca dzikir ini ketika setiap kali keluar rumah.

Dzikir Lain yang Jangan Dilupakan
Ada juga dzikir lain yang bisa dirutinkan setiap kali keluar rumah yaitu:
اللَّهُمَّ إنِّي أَعُوذ بِكَ أَنْ أَضِلَّ أَوْ أُضَلَّ، أَوْ أَزِلَّ أَوْ أُزَلَّ، أَوْ أَظْلِمَ أَوْ أُظْلَمَ، أَوْ أَجْهَلَ أَوْ يُجْهَلَ عليَّ
Allahumma inni a’udzu bika an adhilla aw udholla, aw azilla aw uzalla, aw azhlima aw uzhlama, aw ajhala aw yujhala ‘alayya [Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kesesatan diriku atau disesatkan orang lain, dari ketergelinciran diriku atau digelincirkan orang lain, dari menzholimi diriku atau dizholimi orang lain, dari kebodohan diriku atau dijahilin orang lain]
Dari Ummu Salamah, beliau berkata,
مَا خَرَجَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم مِنْ بَيْتِي قَطُّ إِلاَّ رَفَعَ طَرْفَهُ إِلَى السَّمَاءِ فَقَالَ: "اللَّهُمَّ إنِّي أَعُوذ بِكَ أَنْ أَضِلَّ أَوْ أُضَلَّ، أَوْ أَزِلَّ أَوْ أُزَلَّ، أَوْ أَظْلِمَ أَوْ أُظْلَمَ، أَوْ أَجْهَلَ أَوْ يُجْهَلَ عليَّ
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah keluar dari rumahku kecuali beliau menghadapkan pandangannya ke langit, lalu beliau membaca dzikir: Allahumma inni a’udzu bika an adhilla aw udhilla, aw azilla aw uzalla, aw azhlima aw uzhlama, aw ajhala aw yujhala ‘alayya [Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kesesatan diriku atau disesatkan orang lain, dari ketergelinciran diriku atau digelincirkan orang lain, dari menzholimi diriku atau dizholimi orang lain, dari kebodohan diriku atau dijahilin orang lain]” (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih sebagaimana dalam Misykatul Mashobih)
Dzikir ini berisi meminta perlindungan dari beberapa hal:
  1. Meminta perlindungan dari perkara yang berkaitan dengan agama yaitu meminta perlindungan dari kesesatan atau disesatkan oleh setan jin dan manusia yang ingin menjauhkan dari jalan yang lurus.
  2. Meminta perlindungan dari perkara yang berkaitan dengan masalah dunia yaitu menzholimi diri sendiri dengan dosa atau dizholimi orang lain dalam jiwa, harta dan kehormatan.
  3. Meminta perlindungan dari perkara yang berkaitan dengan interaksi sesama yaitu tergelincir dalam dosa atau digelincirkan orang lain dengan kejahatan mereka, juga dari kejahilan (kebodohan) diri sendiri atau dijahilin orang lain.
Jika seseorang membaca dzikir ini, itu berarti dia telah meminta perlindungan dari segala macam tindak kejelekan. Barangsiapa yang terselematkan dari berbagai hal tadi dari kejelekan dirinya atau kejelekan orang lain padanya, sungguh dia telah mendapat kebaikan yang besar.
Itulah dzikir yang semestinya dirutinkan oleh setiap muslim setiap kali keluar rumah. Semoga Allah memudahkan kita untuk mengamalkan dan merutinkannya. Semoga Allah memberi kita petunjuk, kecukupan, penjagaan dan terhindar dari gangguan setan yang selalu ingin menyesatkan manusia dari jalan yang lurus.

Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmus sholihaat, wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam.