Kamis, Januari 28, 2010

Manrobuka?!

Aya hiji tukang gali kuburan keur ngagali kuburan. Kulantaran harita panas pisan, sanggeus rengse ngagali kuburan, si tukang gali kuburan nyiuhan di jero kuburan bari ditiungan ku daun cau. Ujug-ujug aya lalaki jangkung gede nyampeurkeun, si horeng eta teh malaikat anu rek nanya jalma nu geus maot.
Malaikat: Manrobuka?!
Tukang ngagali kuburan: Aduh punten malaikat, abdi mah sanes anu maot. Abdi mah anu ngagali kuburan, nuju nyiuhan. Panas! Nu maot na mah nuju dijalan keneh!
Malaikat: Ah, sugan teh maneh!
Saminggu ti harita, tukang ngagali kuburan kacilakaan, terus dikuburkeun. Geus sababaraha poe dikubur, naha euweuh wae malaikat anu nanya, pikir si tukang ngagali kuburan. Kabeneran ti kajauhan katingali aya malaikat anu kamari salah nanya. Malaikat! gero si tukang gali.
Malaikat: Aya naon hey tukang ngagali kuburan?
Tukang ngagali kuburan: kunaon abdi teu ditanya?
Malaikat: Ah maneh mah minggu kamari oge ngaheureuyan kuring, pura-pura paeh!
Tukang ngagali kuburan: ????????

Humor Dikit ah,.....

Kisah Beo botak

Sebuah kisah tentang seekor burung beo yang pandai berbicara:
Seorang pedagang minyak sangat menyukai burung beo peliharaannya karena kepandaiannya mengoceh dan kebisaannya menjaga kiosnya ketika ia sedang keluar.
Suatu hari, ketika si beo sedang sendirian di kios, seekor kucing menjatuhkan sebuah toples minyak. Ketika si pedagang kembali ke kiosnya dia menyangka bahwa si beo yang menjatuhkan toples itu. Karena marah dihantamnya kepala si beo berulang-ulang sampai bulu-bulu di kepalanya tercerabut. Sang beo pun kelenger dan kehilangan kemampuannya berbicara sampai beberapa hari saking shocknya.
Dan pada suatu hari kemudian, si beo melihat ada seorang tua yang botak berjalan melewati kios. Mendadak si beo bisa berbicara lagi, dengan bersemangat ia berteriak, ”Hai orangtua, toples minyak siapa yang engkau tumpahkan ?
Orangtua itu tersenyum. Si beo tidak tahu bahwa kebotakannya adalah karena usianya, bukan tercerabut karena dipukuli kepalanya.
.: Makanya …! Jangan suka nyama-nyamain.

Doa untuk si Mayit

Dalam perjalanannya menuju mesjid, Iring-iringan jenazah melewati seorang badui. Pemandangan ini membuat si badui merenung sejenak.
"Aku akan ikut sholatkan jenazah itu agar bila aku mati nanti orang juga tak segan menyolatkan aku," pikir si badui. Ia lalu mengikuti iringan jenazah itu memasuki mesjid. Setelah menyolatkan, ia kembali mengurus kerjaannya.
Malam harinya sang imam mimpi bertemu dengan si mayit. Ia tampak sangat bahagia.
"Bagaimana keadaanmu," tanya sang imam.
"Alhamdulillah, Allah telah mengampuni dosa-dosaku berkat doa si badui."
Keesokan harinya sang imam mencari si Badui. Setelah bertemu, ia bertanya, "Doa apa yang kau baca sewaktu sholat jenazah kemarin."
"Aku tidak membaca apa-apa," kata si Badui.
"Semalam aku mimpi bertemu dengan mayit yang kita sholatkan kemarin. Ia bercerita bahwa Allah telah mengampuni dosa-dosanya berkat doamu."
"Aku tidak berdoa apa-apa. Aku hanya berkata: Ya Alloh, sekarang ia adalah tamu-Mu. Kalau tamuku, tentu akan kusembelihkan seekor kambing."

Tampak Seperti Wujudmu

Nasrudin sedang merenungi harmoni alam dan kebesaran Penciptanya. "Oh Kekasih Yang Agung, seluruh diriku terselimuti oleh-Mu. Segala yang tampak oleh mataku. Tampak seperti wujud-Mu". Seorang tukang melucu menggodanya, "Bagaimana jika ada orang jelek dan dungu lewat di depan matamu ?" Nasrudin berbalik, menatapnya, dan menjawab dengan konsisten: "Tampak seperti wujudmu."

Salah Terka

Ada seorang pedagang tua meninggal dunia dan mewariskan harta yang melimpah pada anak satu-satunya. Namun karena kebodohan anak tersebut, dalam sekejap saja harta warisan tersebut telah habis. Tentu saja setelah kawan-kawannya tahu ia sudah jatuh miskin merekapun meninggalkannya. Ketika ia benar-benar miskin dan sebatang kara, pergilah ia mendatangi Nasrudin yang terkenal bijak dan dapat menolong orang yang terkena musibah. “Harta saya habis, dan kawan-kawan saya meninggalkan saya satu persatu,” kata anak tersebut. “Tolong katakan apa yang akan terjadi pada saya sekarang.” “Oh, jangan khawatir,”jawab Nasrudin. “Segalanya akan beres, dalam beberapa minggu ini”. Anak tersebut gembira bukan main, mendengar kata-kata Naasrudin. “Jadi saya akan kembali seperti semula?” tanyanya. “Oh, tidak. Bukan itu maksudku. Kau salah terka. Maksudku ialah dalam waktu yang tak lama lagi kau akan terbiasa hidup miskin dan terbiasa tak punya teman”. Anak: ??????????’’’’





Rabu, Januari 27, 2010

Penghuni Surga, yang Belum Pernah Mendirikan Sholat

“Hidup terlalu mahal untuk dibiarkan seperti air mengalir”
Bukit Uhud, baru saja menyaksikan kecamuk peperangan yang sangat dahsyat. Pertempuran besar-besaran kaum muslimin dan pasukan kafir Quraisy, baru saja usai dana meninggalkan keheningan mencekam. Para sahabat Rasulullah saw yang masih hidup melakukan penyisiran, memeriksa jasad pasukan Muslim yang banyak berjatuhan. Mereka memeriksa jasad-jasad itu satu persatu, sambil berusaha mengenali mereka. Kesediahan merambat dalam hati kaum muslimin. Diiringi desir angina di lembah Uhud, dan sesekali teriakan para pejuang yang terluka masih hidup, mereka mendapati banyak para sahabat yang gugur dalam peperangan itu.
Tiba-tiba terdengar teriakan yang membuat sebagian sahabat terkejut. “Ushairam, ini Ushairam…! Sejumlah orang berteriak terkejut melihat tubuh seorang yang mereka juluki Ushairam bergeletak bersimbah darah. Ushairam masih hidup. Tapi nafasnya tersengal-sengal. Luka di tubuhnya terlalu banyak mengeluarkan darah. Mereka terkejut, karena Ushairam tergeletak di temapat pasukan islam? Para sahabat bertanya, “Ushairam, kenapa berada disini? Apakah engakau memata-matai untuk kaummu atau karena menerima Islam?” Dengan bicara yang tersendak-senda, Ushairam berusaha menjelaskan, “Aku telah menerima Islam… aku beriman pada Allah dan Rasul-Nya… aku ambil pedangku dan aku berperang bersama Rasulullah…” belum usai menuntaskan perkataannya. Ushairam menghmbuskan nafasnya yang terakhir. Para sahabat lalu mengadukan peristiwa ini kepada Rasulullah saw. Rasulullah saw menjawab dengan kalimat pendek yang begitu indah. “Ushairam termasuk ahli surga.” (HR. Ahmad dan Ibnu Hajar dalam Tamyizus Shahabah2/526)
Ushairam, adalah julukan dari Amr bin Tsabit AlAsyhali Al Anshary ra. Ia keponakan sahabat Rasulullah saw saat hijrah ke Thaif, Khudzaifah bin Yaman ra. Mungkin sangat jarang mendapati atau mendengar nama ini disebut. Tapi dia adalah satu-satunya sabhabat Rasulullah yang mendapat predikat, ‘Penghubi Surga yang belum perna melakukan shalat’.
Kisah tentang Ushairam disebutkan oleh Abu Hurairah. Bahwa sejak Rasulullah mendakwahkan Islam, Ushairam sudah kerap diajak oleh kaum Muslimin untuk menerima agama Allah swt. Tapi Ushairam selalu mengatakan, “Kalau aku tahu apa yang kalian sampaikan itu adalah kebenaran aku pasti tidak akan menunda-nunda untuk mengitu kalian.” Itu saja yang dia ucapkan.
Sampai ketika detik-detik menjelang berkorbarnya perang Uhud. Allah swt memberi hidayah keimanan yang begitu kuat dalam hatinya. Ia tiba-tiba terlecut untuk bangkit mengangkat pedang dan segera menghela kudanya menghadap Rasulullah saw. Ushairam dengan tegas mengucapkan dua kalimat syahadat dan menyatakan dirinya masuk islam. Tak lama setelah itu, Ushairam sudah bergabung bersama pasukan islam lainnya sebagai pasukan Uhud. Banyak para sahabat yang belum mengetahui status keislamannya saat itu. Dalam peperangan Uhud, tubuh Ushairam tercabik-cabik. Ia pun akhirnya tersungkur setelah puluhan tebasan pedang, tombak dan panah yang bersarang di tubuhnya.
Betapa mulia dan bahagianya Ushairam saat ini. Berada di tman-taman surga. Meski belum sempat melakukan shalat satu kalipun dalam hidupnya. Tapi secepat ia memilih jalan Allah, secepat ia menuntaskan persembahan hidupnya di jalan Allah, secepat itulah perjalanannya menuju surga.
Ushairam telah berhasil melakukan revisi besar dalam hidupnya. Dan langkah revisi yang ia lakukan itu benar-benar membuahkan hasil yang sangat di dambakan semua orang, termasuk kita. Perjalanan hidup seseorang di suatu masa, memang tak menjadi ukuran apapun bahwa ia akan menjadi seperti apa di masa yang lain. Sepotong episode hidup seseorang di suatu waktu, tak pernah menjadi ukuran bahwa ia juga akan menjadi orang yang sama dengan episode hidupnya di masa tertentu. Ushairam adalah contohnya. Langkah perubahan yang ia lakukan begitu cepat mengantarkan pada posisi mulia.
Apa yang dilakukan Ushairam adalah pelajaran besar untuk kita, bahwa kita harus mempunyai waktu untuk segera merespon perubahan-perubahan dalam hidup ini. Merevisi hidup, merupakan perkara besar. Maka seseorang harus memiliki target dan ukuran revisi yang sudah jelas kebenarannya. Revisi selalu membutuhkan pengorbanan besar, mungkin juga rasa sakit. Ini jika kita harus merevisi dan merubah sesuatu yang buruk menjadi baik. Termasuk meninggalkan suatu kebiasaan buruk, mebuang tradisi buruk yang mungkin sudah dilakukan berulangkali dan kita merasakan kenikmatan sendiri melakukan keburukan itu.
Untuk membuang dan merevisi kebiasaan seperti itu , pasti tidak mudah. Karena seseorang harus siap menanggung kesulitan bahkan rasa sakit, untuk mengubahnya. Seperti perkataan Muhammad Natsir, “Sejarah telah menunjukkan, tiap-tiap bangsa yang telah menempuh ujian hidup yang sakit dan pedih, tapi tidak putus bergiat menentang marabahaya, berpuluh, bahkan beratus tahun lamanya, pada suatu masa akan mencapai satu tingakat kebudayaan yang sanggup memberikan penerangan kepada bangsa lain.”
Betapa banyak orang yang cenderung mau memeriksa perjalanannya lalu merevisi hidupnya. Sampai hidupnya perlahan terus di gerogoti usia, sampai jasadnya terus menerus dimakan waktu yang tak pernah berhenti. Hingga akhirnya ia tak mampu lagi melakukan perubahan yang berarti karena renta, atau karena usianya memang sudah selesai waktunya. Betapa banyak diantara kita yang tidak peduli dengan perguliran waktu, dan membiarkan hidupnya berjalan seperti air, tanpa target, tanpa terencana, tanpa tujuan yang jelas. Hingga hidupnya terjebak pada situasi yang tak memungkinkannya lagi berubah arah. Betapa banyak di antara kita, orang yang membiarkan kehidupannya berlalu dengan produktifitas kebaikan yang rendah, sementara orang-orang lain telah memiliki saham kebaikan di mana-mana. Hidupnya berlalu begitu saja. Dan berakhir begitu saja.
Hidup terlalu mahal untuk dibiarkan seperti air mengalir. Hidup harus direncanakan, diarahkan dan dipelihara sedemikian rupa agar tujuan hidup benar-benar tercapai. Hidup harus pula direvisi, dibenahi, dirubah jika perlu dan memang hidup mengalami perubahan. Seperti UShairam yang mengaetahui titik revisi yang harus ia jalani. Yang secepat kilat telah mengetahui jalan yang ia pilih, lalu ia mempersembahkan dirinya untuk jalan kebaikan yang menjadi pilihannya itu. Agar hidup ini bisa seiring sejalan dengan semakin bartambahnya amal-amal shalih yang menjadi alurnya. Sampai seperti apa yang dikatakan Usman bin Affan ra, “Tak ada kecintaan padaku pada perguliran hari dan malam, kecuali aku menemui Allah dengan membaca Mushaf.”

Selasa, Januari 26, 2010

Taubat Sejati

Oleh: Muhammad Nuh
Hidup tak ubahnya seperti menelusuri jalan setapak yang becek di tepian sungai nan jernih. Kadang orang tak sadar kalau lumpur yang melekat di kaki, tangan, badan, dan mungkin kepala bisa dibersihkan dengan air sungai tersebut. Boleh jadi, kesadaran itu sengaja ditunda hingga tujuan tercapai.
Tak ada manusia yang bersih dari salah dan dosa. Selalu saja ada debu-debu lalai yang melekat. Sedemikian lembutnya, terlekatnya debu kerap berlarut-larut tanpa terasa. Di luar dugaan, debu sudah berubah menjadi kotoran pekat yang menutup hampir seluruh tubuh.
Itulah keadaan yang kerap melekat pada diri manusia. Diamnya seorang manusia saja bisa memunculkan salah dan dosa. Terlebih ketika peran sudah merambah banyak sisi: keluarga, masyarakat, tempat kerja, organisasi, dan pergaulan sesama teman. Setidaknya, akan ada gesekan atau kekeliruan yang mungkin teranggap kecil, tapi berdampak besar.
Belum lagi ketika kekeliruan tidak lagi bersinggungan secara horisontal atau sesama manusia. Melainkan sudah mulai menyentuh pada kebijakan dan keadilan Allah swt. Kekeliruan jenis ini mungkin saja tercetus tanpa sadar, terkesan ringan tanpa dosa; padahal punya delik besar di sisi Allah swt.
Rasulullah saw. pernah menyampaikan nasihat tersebut melalui Abu Hurairah r.a. “Segeralah melalukan amal saleh. Akan terjadi fitnah besar bagaikan gelap malam yang sangat gulita. Ketika itu, seorang beriman di pagi hari, tiba-tiba kafir di sore hari. Beriman di sore hari, tiba-tiba kafir di pagi hari. Mereka menukar agama karena sedikit keuntungan dunia.” (HR. Muslim)
Saatnyalah seseorang merenungi diri untuk senantiasa minta ampunan Allah swt. Menyadari bahwa siapa pun yang bernama manusia punya kelemahan, kekhilafan. Dan istighfar atau permohonan ampunan bukan sesuatu yang musiman dan jarang-jarang. Harus terbangun taubat yang sungguh-sungguh.
Secara bahasa, taubat berarti kembali. Kembali kepada kebenaran yang dilegalkan Allah swt. dan diajarkan Rasulullah saw. Taubat merupakan upaya seorang hamba menyesali dan meninggalkan perbuatan dosa yang pernah dilakukan selama ini.
Rasulullah saw. pernah ditanya seorang sahabat, “Apakah penyesalan itu taubat?” Rasulullah saw. menjawab, “Ya.” (HR. Ibnu Majah) Amr bin Ala pernah mengatakan, “Taubat nasuha adalah apabila kamu membenci perbuatan dosa sebagaimana kamu mencintainya.”
Taubat dari segala kesalahan tidak membuat seorang manusia terhina di hadapan Tuhannya. Justru, akan menambah kecintaan dan kedekatan seorang hamba dengan Tuhannya. Karena Allah sangat mencintai orang-orang yang bertaubat dan mensucikan diri. “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” (QS. Al-Baqarah: 222)
Taubat dalam Islam tidak mengenal perantara. Pintu taubat selalu terbuka luas tanpa penghalang dan batas. Allah selalu menbentangkan tangan-Nya bagi hamba-hamba-Nya yang ingin kembali kepada-Nya. Seperti terungkap dalam hadis riwayat Imam Muslim dari Abu musa Al-Asy`ari. “Sesungguhnya Allah membentangkan tangan-Nya di siang hari untuk menerima taubat orang yang berbuat kesalahan pada malam hari sampai matahari terbit dari barat.”
Karena itu, merugilah orang-orang yang berputus asa dari rahmat Allah dan membiarkan dirinya terus-menerus melampaui batas. Padahal, pintu taubat selalu terbuka. Dan sungguh, Allah akan mengampuni dosa-dosa semuanya karena Dialah yang Maha Pengampun lagi Penyayang.
Orang yang mengulur-ulur saatnya bertaubat tergolong sebagai Al-Musawwif. Orang model ini selalu mengatakan, “Besok saya akan taubat.” Ibnu Abas r.a. meriwayatkan, berkata Nabi saw. “Binasalah orang-orang yang melambat-lambatkan taubat (musawwifuun).” Dalam surat Al-Hujurat ayat 21, Allah swt. berfirman, “Dan barangsiapa yang tidak bertaubat, mereka itulah orang-orang yang zalim.
Abu Bakar pernah mendengar ucapan Rasulullah saw., “Iblis berkata, aku hancurkan manusia dengan dosa-dosa dan dengan bermacam-macam perbuatan durhaka. Sementara mereka menghancurkan aku dengan Laa ilaaha illaahu dan istighfar. Tatkala aku mengetahui yang demikian itu aku hancurkan mereka dengan hawa nafsu, dan mereka mengira dirinya berpetunjuk.”
Namun, taubat seorang hamba Allah tidak cuma sekadar taubat. Bukan taubat kambuhan yang sangat bergantung pada cuaca hidup. Pagi taubat, sore maksiat. Sore taubat, pagi maksiat. Sedikit rezeki langsung taubat. Banyak rezeki kembali maksiat.
Taubat yang selayaknya dilakukan seorang hamba Allah yang ikhlas adalah dengan taubat yang tidak setengah-setengah. Benar-benar sebagai taubat nasuha, atau taubat yang sungguh-sungguh.
Karena itu, ada syarat buat taubat nasuha. Antara lain, segera meninggalkan dosa dan maksiat, menyesali dengan penuh kesadaran segala dosa dan maksiat yang telah dilakukan, bertekad untuk tidak akan mengulangi dosa.
Selain itu, para ulama menambahkan syarat lain. Selain bersih dari kebiasaan dosa, orang yang bertaubat mesti mengembalikan hak-hak orang yang pernah dizalimi. Ia juga bersegera menunaikan semua kewajiban-kewajibannya terhadap Allah swt. Bahkan, membersihkan segala lemak dan daging yang tumbuh di dalam dirinya dari barang yang haram dengan senantiasa melakukan ibadah dan mujahadah.
Hanya Alahlah yang tahu, apakah benar seseorang telah taubat dengan sungguh-sungguh. Manusia hanya bisa melihat dan merasakan dampak dari orang-orang yang taubat. Benarkah ia sudah meminta maaf, mengembalikan hak-hak orang yang pernah terzalimi, membangun kehidupan baru yang Islami, dan hal-hal baik lain. Atau, taubat hanya hiasan bibir yang terucap tanpa beban.
Hidup memang seperti menelusuri jalan setapak yang berlumpur dan licin. Segeralah mencuci kaki ketika kotoran mulai melekat. Agar risiko jatuh berpeluang kecil. Dan berhati-hatilah, karena tak selamanya jalan mendatar.

Rabu, Januari 20, 2010

Bulan jeung Halimun


Manéhna nyorangan na korsi taman. Handapeun lampu nu nebarkeun sinar konéng kana buukna nu galing muntang. Beungeutna geulis, najan basa cipanonna ngembeng deui, kageulisanana jadi katémbong layu. Duka naon nu jadi marga lantaran, nepi ka manéhna kudu terus nyusutan cipanon, sabot peuting meuntaskeun manéhna kana poé nu anyar, sabot taya jalma lian nu sadar yén di taman nu perenahna di tengah kota éta, aya wanoja keur nyorangan.
Bulan ngaguliweng seukeut jiga arit. Pikeun leuwihna langit némbongkeun sababaraha béntang tingkaretip.
Si wanoja miceun tisu nu geus cipruk, terus nyabut deui salambar nu pangahirna. Deukeuteunana kembang keretas geus ibunan. Manéhna ngarénghap tur sama sakali teu boga karep pikeun ngarérét arloji nu meulit na leungeun kéncana. Naha waktu téh geus jadi hiji hal nu ku manéhna hayang dipopohokeun? Naha naon nu geus disogrogkeun ku waktu saméméh manéhna jadi hiji-hijina pangeusi taman tur dibarung ku kasedih nu bangun taya hinggana?
Kuduna mah manéhna aya di hiji tempat nu merenah wayah kieu téh. Dibulen simbut haneut tur disenangkeun ku impian-impian éndah. Atawa kuduna mah manéhna aya dina tangkeupan hiji lalaki nu teu pernah boga ungkara séjén pikeun haréwoskeuneun, lian ti kecap tresna jeung kangen. Heueuh. Dunya téh geuning pinuh ku kecap ‘kuduna mah’, lantaran nyakitu téa, bet aranglangka saluyu jeung kahayang urang.
Jalan nu perenahna kiduleun taman éstuning simpé. Teu lila katémbong aya béca ngaliwat. Manéhna hayang pisan ngageroan si tukang béca sangkan bisa nganteurkeun manéhna ka hiji tempat méméh peuting lekasan. Tapi manéhna ukur melong éta béca nu terus ilang lebah tikungan, kahalangan ku wangunan-wangunan toko nu katémbong ngungun.
Hawa kacida tirisna. Calana jins jeung kaos nu saraket awakna karasana leuwih ipis tibatan kulit bawang. Manéhna masih kénéh melong jalan. Katémbong aya deui béca nu ngaliwat sanggeus hiji sédan ngadius ka kulonkeun. Manéhna engab rék ngageroan tukang béca, tapi teu tulus. Najan kitu, katémbong éta béca téh eureun, sanggeus sababaraha detik terus méngkol, asup ka jalan leutik tina papingblok nu meulah taman, terus méngkol ngaliwatan amparan jukut.
Béca eureun. Si tukang béca melong éta wanoja tina sadel bécana, lir keur melong hiji kaahéngan nu ngabalukarkeun manéhna ngadadak jadi patung.
“Néng…” pokna sanggeus sababaraha lila.
Si wanoja melong lalaki nu lalaunan ngoléséd tina sadel bécana, terus nyuplak topi. Manéhna teu ngomong sakemék ogé basa si tukang béca terus nangtung hareupeunana.
“Nuju naon tengah wengi aya di dieu?” tukang béca nanya ku sora nu halon pisan.
Si wanoja ukur gideug meueusan jiga nu teu maksud méré jawaban. Manéhna ukur melong sakeudeung ka éta lalaki, terus menerkeun buuk nu ngaroyom kana beungeutna.
“Emang ngantosan tadi, tapi saur Satpam, Enéng tos mulih…”
Simpé.
“Kunaon sapertos nu nangis?” tukang béca ngasupkeun topi kana saku jékétna nu mun ti beurang mah baris katémbong pisan belélna. Sanggeus rarat-rérét ka sabudeureun, manéhna lalaunan cingogo hareupeun si wanoja tepi ka manéhna bisa leuwih jelas melong sapasang panon nu bareubeu.
“Upami Enéng kersa, emang tiasa jajap Enéng mulih ayeuna. Yu…” cenah, ngaemangkeun manéh, sakumaha kabiasaan jalma lian ka tiap tukang béca. Padahal mah umurna téh ngora kénéh. Malah teu pati géséh jeung umur si wanoja gé. Saluhureun saeutik.
Si wanoja gideug. Anggur melong deui ka lebah jalan.
“Enéng moal sawewengi di dieu pan? Sok ku emang diantosan…” tukang béca téh jung nangtung, leumpang sababaraha léngkah, terus ngajanteng deui.
“Teu kudu nungguan…”
“…naha?”
“Teu kudu nanya…”
“Tapi…”
Éta lalaki teu indit. Manéhna masih kénéh hayang cumarita, atawa ngalakukeun naon wé nu bisa ngarobah sikep éta wanoja tepi ka daék mulang dianteurkeun ku manéhna sakumaha biasa. Geus remen pisan manéhna nganteurkeun éta wanoja téh, geus teu inget puluh-ratusna.
Nu pangahirna tadi burit. Manéhna nganteurkeun éta wanoja ka hiji hotél, tur nénjo si wanoja ngaléngkah bangun hampang naker, asup ka hotél sanggeus mayar ongkos nu terus ditunda ku manéhna dina kotak handapeun jok bécana. Manéhna teu boga alesan nanaon, ngan ukur hayang neundeun sakabéh duit nu kungsi katarima ti éta wanoja.
Duit nu sakapeung dirawatan dibébérés, bari ngimpleng keureutan nu méréna. Wanoja nu ceuk angkeuhanana, éstuning pangéndahna najan dibandingkeun jeung ratusan awéwé nu kungsi diuk dina bécana.
Mindeng pisan manéhna ngimpleng si wanoja sabot manéhna ngaringkuk dina bécana bari nungguan panumpang di Parapatan Lima. Ngadadak manéhna robah jadi mahluk nu misterius pikeun tukang béca lianna. Sakapeung sok teu pupuguh ngoréjat jiga nu kagebah, terus tanggah ka langit, clak kana sadel, ngadius indit. Nu ditujuna taya lian iwal ti hotél tempat si wanoja sababaraha jam saméméhna turun tina bécana. Mun geus katémbong si wanoja kaluar tina panto hotél, gancang disampeurkeun kalayan jiga nu yakin pisan yén si wanoja téh bakal merlukeun dirina.
Nganteurkeun si wanoja mulang ka imahna nu teuing lebah mana –manéhna sok ngan ukur dititah eureun hareupeun hiji gang—éstu geus jadi hiburan nu kacida gedé hargana pikeun gairah hirupna nu hamo bisa ditukeuran najan ku ratusan kajadian nu pikasenangeun. Manéhna kadangkala teu mikiran naha nu dipaké mayar ku si wanoja téh duit atawa lambaran daun. Karidoan éta wanoja tepi ka daék dianteurkeun ku bécana, geus jadi hiji bayaran nu kacida mundelna pikeun manéhna.
Tapi kajadian nu kiwari keur disanghareupan, éstuning matak hareugeueun. Naha naon atuh nu geus kajadian nu ngalantarankeun éta wanoja sumegruk sorangan di ieu taman? Naha saban lalaki nu sok biasa ditepungan ku manéhna geus nganyenyeri haténa ku nyarita nu lain-lain? Atawa naha lalaki tengah tuwuh nu sok ditepungan ku manéhna di sababaraha hotél nu béda, nyarita yén manéhna téh geus boga wanoja lian nu leuwih geulis tibatan manéhna? Mémangna aya kitu wanoja nu leuwih geulis tibatan manéhna?
Si tukang béca geus hayang pok nanya, tapi si wanoja nu keur diteuteupna masih kénéh katémbong keur nataran kasedihna sangkan cimata teu terus nyangkrung na panonna. Saha nu geus sakitu tégana, nu geus nimbulkeun kasedih nu bangun taya hinggana dina haté wanoja nu pangéndahna di ieu dunya?
Jeung deui, saha atuh manéhna téh? Ti saprak manéhna aya di ieu kota, can kungsi ngarasa deukeut jeung hiji jalma lian ti jeung éta wanoja. Rasa nu ngan ukur bisa raket jeung haté hiji lalaki nu teu pernah boga kakuatan nu rosa pikeun ngedalkeunana. Naha bener éta wanoja téh sakumaha nu aya dina sangkaanana? Naha ku naon manéhna boga rasa nu teu bisa disieuhkeun najan apal yén éta wanoja saban peuting aya di hotél nu béda-béda? Heueuh. Asa ruwet atuh hirup téh, tapi tangtuna gé bakal kacida teu raména mun dina hirup euweuh karuwet.
Bulan leungit. Langit pinuh ku reueuk. Cahaya konéng lampu taman mimiti diteureuy halimun.
Taya kakuatan séjén nu geus ngalantarankeun éta lalaki diuk di gigireun si wanoja, lian ti geter haténa nu hayang leuwih deukeut ka manéhna. Malah mun kongang mah hayang pisan ngusapan buukna nu galing muntang, mun téa mah manéhna léah sangkan kasedihna gancang lekasan.
“Tos janari,” pokna, angger halon.
Si wanoja ukur nyengkatkeun beungeutna, pelongna lempeng kana patung awéwé nu anggangna ukur sababaraha méter tina korsina. Patung awéwé nu ngaranggahkeun leungeunna jiga nu hayang néwak naon waé nu rék murag ti langit.
“Akang rék tetep ngantosan, sakumaha biasa. Akang rék ngantosan sangkan tiasa jajap Enéng sakumaha biasana,” pokna deui. Najan sorana ngageter, tapi kakuatan nu sarua, nu geus méré tanaga tepi ka manéhna bisa diuk di gigireun éta wanoja, nu méré kawani sangkan manéhna ngaengkangkeun manéh, teu nyebut deui emang jiga saméméhna.
“Naha kudu ngadagoan kuring?” si wanoja nanya, bari angger melong ka lebah patung.
“Lantaran hal éta nu ngalantarankeun haté akang ngarasa bagja…” témbalna bangun nu lahlahan.
“Naon maksudna?”
“Leres, duka naon maksadna. Mung ukur hoyong ngajajapkeun Enéng sakumaha biasa…”
Si wanoja terus inget, kumaha pasemon éta lalaki mun geus ningali manéhna kaluar ti hotél atawa kaluar ti gang tempat biasana manéhna megat béca. Manéhna gé sok ngarasa, yén éta lalaki téh sok melongkeun heula manéhna tepi ka bener-bener ilang tina tetempoanana, saméméh éta lalaki naék deui kana sadel bécana. Manéhna tara réa nyarita, boh keur di jalan, boh mun manéhna turun hareupeun gang atawa di buruan hotél di mana manéhna bakal nyanghareupan pasemon jalma-jalma nu pinuh ku kapalsuan.
“Kunaon di dinya sok hayang nganteur kuring?”
Si lalaki teu nembalan. Manéhna teu bisa ngajelaskeun nanaon. Réa teuing atuda nu kudu dijelaskeunana. Waktu sakumaha panjangna gé bakal tetep samporét pikeun manéhna ngajelaskeun naon nu geus jadi sumber kabagja sakaligus kaguligah haténa.
“Ti mimiti ayeuna di dinya geus teu kudu nungguan deui kuring. Hirup kuring geus lekasan.” Sora si wanoja lir keur ngaharéwos.
Sanggeus ngahuleng bari tungkul, pok si lalaki téh nyarita, “Pikeun akang, tetep bakal aya nu kedah diantos, Néng. Najan tepi ka iraha waé ogé. Ku akang mah moal sina lekasan, lantaran hal éta nu ngalantarankeun hirup akang aya hargana…”
“Naha maké kuring nu sok ditungguan ku didinya téh atuh? Jeung naha maké di dinya nu sok nungguan kuring téh?”
“Akang gé teu terang, Néng. Nu akang apal mah akang téh kedah jajap Enéng boh  miang atawa mulang…”
“Mulang…” ceuk si wanoja bangun nu keur ngunikeun kecap nu teu ngandung harti nanaon. Manéhna ngarahuh. Dina katunggara haténa alatan hiji hal nu ukur manéhna nu apal, si wanoja nangtung, terus ngusap cipanon ku ramona tepi ka garing pisan. Manéhna tanggah ka langit jiga aya nu ditéangan. Tapi nu témbong ukur mongkléng.
Si lalaki melong bangun héran. Jung manéhna gé milu nangtung. Basa si wanoja ngaléngkah nembus halimun, manéhna gancang nyurung bécana. Tepi ka sisi jalan, saurang gé taya nu nyarita.
“Kuring geus kacida capéna pikeun terus-terusan miang,” ceuk si wanoja bari melong kelemeng péngkolan, “Anteurkeun kuring mulang, ka mana wé kumaha anjeun…”
Sanggeus ngahuleng sakeudeung, si lalaki gancang ngelap jok béca nu geus rada kaibunan ku topina, jiga nu geus taya waktu deui pikeun nyokot elap tina handapeun jok. Terus leungeunna nu gumeter muka jékétna, kalayan rintih éta jékét téh dipakékeun ka si wanoja. Manéhna terus nitah si wanoja naék kana bécana, ku sikep nu némbongkeun yén pikeun manéhna mah éta wanoja téh éstuning hiji jalma nu kacida mulyana.***







Senin, Januari 18, 2010

MAHUGI


Si nini olohok mata simeuteun basa ningali siaki ngadadak jadi gagah tur gandang, make calana jin belel lebah tuurna ngahaja cena ewol ewolan, kaluhurna make kaos oblong anu aya tulisan,

"Urang sunda ulah heuay wae EUY!" hadiah agustusan ti cep Kendi anu gaduh kios di jalan Suci. Sirahna dibengker ku slayer warna bodas polet beureum, make kacamata cengdem meunang meuli ti padagang asongan anu mangkal di terminal Cicaheum.

"Anjiir aki meni edun kitu, nek kamana ki ?" tanya sinini. "Puguh aki teh nek lalajo arak arakan tujuh belasan ka alun alun !" tembal siaki bari singkil.

"Har pan arak arakanana ge lila keneh, alesan we...boa boa nek nguliwed siaki mah !" sinini curigeisen.

"Puguh meumpeung salse, jeung deui meungpeung alun alunna lowong keneh, bari sakalian nek nepungan cep Kendi nek ngaralat ukuran kaos nu dipesen, da sugan teh aki teh lintuh boro boro pesen ukuran XL bule, sihoreng teh ukuran S ge logor !"

"Mangkana ari jadi jalma kudu ngukur kakujur !"

"Heueuh..rarasaan teh ngora keneh,tapi najan casingna geus peot, ari ringtone-na mah,aki teh masih ngoncrang keneh, tahan banting deuih ngalawan abg lima aki teh sanggup keneh !"

"Hmmh...jig jig kadituh ari nek indit mah ulah loba pancarakem !" ceuk sinini bari jebi. Gandeang siaki muru ka pipir nuju ka tempat cocoanana anu diparkir di gigireun paranje, gerung gerung nyelah harley davidsonna, ceklak ditaekan,knalpotna mulek ngaluarkeun aseup minuhan jalan anu kaliwatan. Diparapatan ngarandeg sakeudeung, terus rurat reret ka lebah gardu ronda paragi barudak ngumpul ngadon garigitaran.

"Tuh geuning cep Kendi kabeneran pisan !" gerentes siaki bari muru gardu.

"Akiii..ha wa yu aki ?" ceuk cep Kendi satengah ngagorowok. "Ari awak mah cageur cep...ngan kahayang loba keneh anu can kalakonan ieu teh!".

"Nya hoyong naon deui atuh ki, harta aki mah tos balatak, incu pon kitu deui, hoyong naon deui ?"

"Lain kitu euy...pan nagara urang teh geus merdeka 58 taun lilana, tapi hasil tina kamerdekaan eta geuning can walatra,balukarna aya nu hayang pisah ti RIT,ahirna geuning papasean we jeung dulur sorangan, tah aki teh embung ningali nagri urang nu meunang hese cape ngarebut ti leungeun panjajah nepi kaayeuna ngan pakucrut wae, kieu kieu ge aki teh baheula ngilu barjoang najan modal ngan ukur bedil angin buatan Cipacing,tapi ku tangtara nipon mah aki teh dipikagimir !"

"Percanten ari kitu tea mah...ari aki teh bade kamana ?" cep Kendi unggut unggutan dituntungan ku nanya ka siaki.

"Puguh aki teh ngahaja nek ka hidep bari sakalian JJS,tapi kaparengan papanggih didieu !"

"Aya peryogi naon kitu ?"

"Nek ngaralat pesenan kaos tea, tina XL ganti ku S leungeun pondok hiji, tah ditambah ukuran M lima siki mah !"

"Nya nu limana kanggo saha ki ?"

"Ssstt..tong tarik teuing bisi kadengeeun ku sinini...kamari teh dipengkolan jalan aya nu kulap kelep we ka aki, meh tereh ngagentewel nek dipahugi kaos itung itung kenang kenangan!"

"Ari sesana ?"

"Sesana jeung mahugi oge, mun engke aya wanoja datang dina kongres... sakali deui omat ulah rea beja ka si nini... gawat !"

"Ari eta saha nu tukangeun aki...?" ceuk cep Kendi serengeh bari nunjuk kanu ngabedega bari mulak cangkeng.

"Balik siah...aki aki tujuh mulud !" sinini kekerot bari ngajiwir ceuli siaki.

Minggu, Januari 17, 2010

Khotbah Nikah Bahasa Sunda

Bismillah
Alhamdulillah

Patepang di salaka maya
dilajengkeun di buana nyata
dua teuteup ngagedurkeun geter-geter asih
janten pasini jangji:
seja laki rabi

kiwari cunduk di waktu
ninggang di mangsa
nitih wanci nu mustari
Cep Dadang sareng Néng Lia didahupkeun
di balé nyungcung

Cep Dadang , Sabada ijab kabul diucap nami Lia anu satadina dibintian ku nami ramana baris robih dituntungan ku nami Cep Dadang hartosna ti danget ijab kabul tanggel waler dunya akherat
ngeunaan Neng Lia di pasrahkeun ti ramana ka diri : salira
(hajat nikah mémang kariaan – tapi – makna nikah nungtut pertanggel waleran)

Tanggel waler salaki ka anu janten garwana, anu kedah ogé dicontoan ku jisim inyana:

kahiji ngeunaan aqidah

inti aqidah nyaéta kalimah toyyibah
Laa ilaaha ilalloh
mangkadé dina ngalaksanakeun kahirupan anjeun duaan
kakeclakan akidah anu teu diguratkeun ku kangjeng Nabi Muhammad SAW.
Aqidah sing panceg Istiqomah
margi maot mah saha nu terang
kacida rugelna diri upami isuk jaganing géto
mangsa mulang ka mantenNa
urang teu pinareng husnul khotimah

kadua ibadah

mamaos mémang raos kadanguna
galindeng cianjuran ngahudang rasa
tapi moal aya deui anu leuwih raos tur ngahudang rasa
iwal ti soanten Cep Dadang sareng Neng Lia
rampak ngagalindengkeun
ayat-ayat suci Al Qur’an

upami di bumi kagungan permadani anu éndah
moal aya deui anu leuwih éndah
tibatan dua lambar sajadah
anu dianggé solat jamaah

kacida nikmat sareng hidmatna
mangsa Cep Dadang ngucapkeun kecap
Waladhdholliin
dina tungtung fatihah
ditémpas ku kecap
Amiiin
tina lambey Néng Lia

pon kitu kanikmatan sareng kahidmatan
bakal sumebar tina kecap Amin Néng Lia
dina du’a demi du’a
nu dilafadzkeun ku Cep Dadang

Katilu akhlaq

Laki rabi téh teu bénten sareng salambar rambut
anu masing-masing tungtungna dicepengan ku duaan
Cep Dadang di tungtung ditu – Néng Lia ditungtung dieu
kedah silih ayunkeun
kedah silih béréan
upami silih betot
tinangtu rambut
bakalan pegat

Akhlaq salaki ka nu janten istri
Akhlaq istri ka nu janten salaki
baris nangtoskeun
hirup kumbuhna
hiji pernikahan

sok sanaos tos laki rabi
mangkadé
akhlaq ka ibu rama
indung nu ngakandung
bapa anu ngayuga

kumelendangna urang di alam dunya aranjeunna lantaranana

salapan sasih lamina urang aya dina kakandungan anu jadi indung
anjeuna teu tolih nyerina ngababarkeun
méh dua taun cai pinareupna diseuseup ku urang

kanyaah sareng kaihklasan anu teu kénging dimomorékeun kapan saur hadits ogé:
sawarga téh ayana dina dampal sampéan anu jadi indung

Upami urang ayeuna tiasa makalangan
eta téh hasil lamokot késangna tuang rama
dibarung ku du’a demi du’a — anu teu kendat reureuh
tuang rama tisusut tidungdung
ngagedékeun anjeun para putrana
sangkan hirup hurip bagja waluya

Laki rabi ogé kedah tiasa ngaraketkeun tali silaturahmi
diantara dua kulawargi
kulawargi Cep Dadang ti Sumedang – sareng kulawargi Néng Lia ti Kuningan
Cep Dadang sareng Néng Lia
sing janten cukang lantaran
ngantengkeun ieu tatali silaturahmi
sangkan syiar kasundaan sareng syiar kaislaman
tiasa langkung lega ambahan
nyambuang saalam dunya

Hirup di dunya henteu nyorangan
mangkadé akhlak hirup kumbuh kamasyarakatan
sing tiasa naritipkeun diri
sing tiasa pindah cai pindah tampian

Kaopat, cita-cita

Hirup kumbuh laki rabi
ulah ngan saukur diniatan dugi ka pakétrok iteuk
tapi kedah dicita-citakeun langkung tebih, nyaéta
tiasa riung mungpulungna anak incu kulawarga
di sawarga

ku kituna prinsip
“kuu anfusakum wa ahlikum naaro”
jaga diri jeung kulawarga aranjeun tina sueneu naraka
kedah janten suluk anu janten cita-cita kulawarga

upami isuk jaganing géto kagungan putra
sangkan janten waladun sholihan
mangkadé didik ku kaislaman sareng kasundaan

cep Dadang miwah Néng Lia
dinten ieu,
tujuh belas januari dua rebu sapuluh
sabuana – samarcapada
nyakséni aya dua pamayang papasangan
anu badé ngambah sagara ciptaan Pangéran

bébér layar tarik jangkar

baarokallohu laka
wa baroka ‘alaika
wajama’a bainakuma
fii khoir

Wasalamualaikum wr. wb...

Sabtu, Januari 16, 2010

Paribasa Sunda

Adab lanyap Jiga nu handap asor, daek ngahprmat ka batur, tapi boga hate luhur, tungtungna sok ngunghak   jeung kurang ajar, temahna batur loba nu teu resepeun.
Adam lali tapel poho ka baraya jeung poho ka lemah cai.
Adat kakurung ku iga adat nu hese digantina.
Adean ku kuda beureum beunghar ku barang titipan atawa ginding ku pakean batur.
Adigung adiguna gede hulu, boga rasa leuwih ti batur, kaciri dina laku lampahna jeung omonganana.
Agul ku payung butut ngagulkeun luluhur sorangan.
Akal koja pinter dina kagorengan atawa kajahatan.
Aki aki tujuh mulud lalaki nu geus kolot pisan.
Aku aku angga ngaku barang batur kalawan ngandung maksud hayang mibanda
ngaku baraya batur anu beunghar atawa jeneng, mamrih kahormatan atawa kauntungan.

Aku panggung darehdeh jeung mere maweh, ngan hanjakal ku ieu aing asa pangpunjulna, pangbeungharna jste.
Alak-alak cumampaka resep jeung hayang dipuji batur, boga rasa pangpunjulna.
Anu handap hayang nyaruaan nu luhur, nu hina hayang nyaruaan nu mulya.

Alak paul tempat anu lain dikieuna, ngeunaan jauhna jeung pisusaheunana.
Alus panggung = alus laur hade ome tegep dedeg pangadegna.
Ambek nyedek tanaga midek ari napsu pohara gedena, ngan masih bisa meper diri
napsu kapegung.

Ambekna sakulit bawang gampang pisan ambek, jeung mun geus ambek teu reureuh sakeudeung.
Anak puputon anak nu kacida didama-damana, nu pohara dipikanyaah.
Anjing ngagogogan kalong mikahayang nu lain lain, nu pamohalan pilaksanaeun (Mikahayang nu moal bakal kasorang).
Ari diarah supana, kudu dipiara catangna Naon bae nu mere hasil ka urang kudu diurus bener bener.
Ari umur tunggang gunung, angen angen pecat sawed ari umur geus kolot tapi hate ngongoraeun keneh.
Asa dijual payu ngungun dumeh nyorangan di panyabaan, jauh ti indung bapa.
Asa ditonjok congcot meunang kabungah nu gede, anu saenyana teu diarep arep.
Asa ditumbu umur Boga rasa kahutangan budi anu pohara gedena.
Asa nanggeuy endog beubeureumna kacida nyaahna.
Asa potong leungeun katuhu leungiteun jalma nu pohara hade galena.
Ati mungkir beungeut nyinghareup palsu, siga sono, tapi henteu. Siga suka, tapi henteu, siga nyaah tapi henteu.
Aub payung, sabet panon sabasoba wewengkon, ngeunaan tanah.
Aya astana sajeungkal anu mustahil oge oge bisa kajadian.
Aya bagja teu daulat arek meunang bagja atawa kauntungan tapi teu tulus.
Aya di sihung maung Kulantaran loba kawawuh gegeden dina aya karerepet atawa kaperluan penting gampang naker meunang pitulungna.
Aya hate kadua leutik naksir.
Aya jalan komo meuntas aya lantaran anu diarep arep ti tadina nepi ka maksud urang gancang kalaksanakeun.
Aya jalan komo meuntas Aya pilantaraneun atawa pijalaneun pikeun ngalaksanakeun atawa ngabulkeun kahayang.
Aya jalan komo meuntas eukeur mah aya maksud, turug turug aya pilantaraneun.
Aya peurah aya komara aya harega, aya pangaji.
Ayakan tara meunang kancra nu bodo jeung nu pinter moal sarua darajatna jeung panghasilanana.
Baleg tampele ari rasa tresna ka lalaki geus aya, ngan lamun papanggih jeung jelemana gede keneh kaera.
Bali geusan ngajadi tempat dilahirkeun.
Balung kulit kotok meuting teu eureun eureun nyeri hate ti baheula nepi ka kiwari.
Balungbang timur, caang bulan opat belas, jalan gede sasapuan beak karep ku rido jeung beresih hate.
Banda tatalang raga lamun urang papanggih jeung karerepet, gering upaman, euweuh halangan urang ngajual barang nu aya pikeun ngabela diri, meuli ubar sangkan waras.
Belang bayah gindi pikir boga pikiran goreng ka papada kawula.
Bengkung ngariung bongkok ngaronyok babarengan sok sanajan dina hina, rugi, atawa cilaka.
Beurat birit hese jeung sungkan dititah.
Beurat nyuhun beurat nanggung, beurat narimakeunana pohara narimakeunana kana pitulung, ngan teu kawasa ngedalkeun ku lisan atawa tulisan, anging gusti nu ningali.
Beureum paneureuy seuseut batan neureuy keueus hese pisan, seuseut seuat ngahasilkeun maksud.
Beuteung anjingeun ngeunaan ka jelema nu beuteungna cara/siga beuteung anjing.
Bilih aya turus bengkung Bisi salah pokpokanana.
Biwir nyiru rombengeun resep mukakeun rasiah sorangan atawa rasiah batur.
Biwir nyiru rombengeun Resep ngucah ngaceh rasiah atawa kaaeban boh nu sorangan boh nu batur.
Biwir sambung lemek, suku sambung lengkah henteu milu milu kana tanggung ajwabna mah, ieu mah ngan saukur mangnepikeun dumeh jadi utusan, ngemban timbalan tinu lian.
Bluk nyuuh blak nangkarak Kabina bina rajina dina enggoning nyiar kipayah.
Bobo sapanon carang sapakan aya kuciwana, lantaran aya kakuranganana atawa karuksakanana.
Bobor karahayuan henteu rahayu, henteu salamet, meunang kacilakaan atawa tiwas.
Bonteng ngalawan kadu nu leutik ngalawan nu gede.
Buburuh nyatu diupah beas nyiar pangarti tur diburuhan atawa digajih.
Budi santri, legeg lebe, ari lampah euwah euwah Ari laku lampah mah kawas santri tapi sok ceceremed.
Buluan belut, jangjangan oray pamohalan kajadian.
Bungbulang tunda / tunda talatah lamun dititah tara sok pek ku maneh, tapi sok nitah deui ka batur.
Buntut kasiran koret, medit, ngeupeul, tara pisan daek barangbere.
Bur beureum bur hideung, hurung nagtung siang leumpang ginding, loba pakean anu aralus dipake.
Buruk buruk papan jati ka sobat atawa ka baraya mah sok hayang ngahampura bae lamun aya kasalahan teh.
Caang bulan dadamaran migawe nu kurang mangpaat.
Cacag nangkaeun Hanteu beres, hanteu rata, henteu sampurna.
Cangkir emas eusi delan omonganana mah alus nepi ka urang jadi percaya jeung kataji, tapi hatena jahat jeung matak bahaya ka urang.
Cara bueuk meunang mabuk ngeluk bae, teu lemek teu carek, euweuh hojah, euweuh karep, euweuh kahayang sabab era tawa sieun.
Cara gaang katincak anu tadina rame kacida, ayeuna mah jadi jempling pisan.
Cara jogjog mondok carekcok bae, mani gandeng nacer.
Cara simeut hiris, tai kana beuheung beuheung Pohara bodona, beunang dibobodo atawa ditipu ku batur.
Cecendet mande kiara Nu leutik nyaruaan anu gede, nu miskin nyaruaan nu beunghar.
Ceuli lentaheun Sok gancang nyaritakeun ka batur naon bae anu kadenge, turtaning tacan karuhan eta beja teh bener henteuna.
Cicing dina sihung maung Nganjrek di jelema anu nyusahkeun atawa bakal nyilakakeun ka diri urang.
Cikaracak ninggang batu laun laun jadi legok Ku dileukeunan mah sakumaha hesena ge lila lila jadi bisa (najan bodo asal leukeun diajarna lila lila oge tangtu bisa).
Cileuncang mande sagara, cecendet mande kiara, hunyur nandean gunung Nyaruaan ka jelema anu saluhureun harkatna, darajatna atawa pangabogana.
Ciri sabumi cara sadesa beda tempatna, beda deui adat jeung kabiasaanana.
Clik putih clak herang Kaluar tian hate anu beresih, rido pisan, teu aya geuneuk maleukmeuk.
Congo congo ku amis, mun rek mais oge puhuna Kumaha arek bageurna dinu jadi anak, lamun bapana henteu bageur.
Daek macok embung dipacok daek ngarah kana rejeki atawa pakaya batur, tapi diarah rejekina atawa pakayana ku batur mah embung.
Dagang oncom rancatan emas ari modalna gede kacida, ngan batina anu diarah kacida leutikna.
Dah bawang dah kapas tah barangna tah duitna.
Daluang katinggang mangsi Susuganan katuliskeun aya jodo (waris).
Deugdeug tanjeuran pada ngadeugdeug pada nongton, jadi tongtonan kulantaran pinter dina kasenian.
Deukeut deukeut anak taleus ari imahna mah puguh padeukeut, ngan hanjakal teu nyaho tibareto yen baraya.
Dihin pinasti, anyar pinanggih baheula ditangtukeunana, ngan kakara ayeuna kalakonanana atawa kapanggihna.
Dikungkung teu diawur, dicangcang teu diparaban Ari dipegat mah teu acan, ngan geus teu dipeutingan jeung teu dibalanjaan.
Dipiamis buah gintung Disangka hade jeung bageur tapi buktina goreng jeung jahat.
Dipiamis buah gintung disangka hade jeung bageur, tapi buktina goreng jeung jahat.
Disakompet daunkeun, dihurun suluh dihijikeun bae, disaruakeun bae, teu dibeda beda.
Ditangtang ditengteng dijieun bonteng sapasi Dialak ilik lantaran dianggap aneh.
Ditilik ti gigir lenggik, disawang ti tukang lenjang, diteuteup ti hareup sieup lenjang jeung geulis pisan, pantes kewes.
Dogdog pangrewong bantuan anu euweuh hartina, dina teu aya oge teu naon naon.
Dogong dogong tulak cau, geus gede dituar batur ngantian jeung mahugi parawan ti keur leutik keneh, sugan diparengkeun ku nu kawasa jadi pipamajikaneun, na ari geus gede dikawin batur, atuh hese cape taya gawe.
Dosa salaput hulu kacida loba dosana.
Dulang tinande awewe mah nurutkeun bae, kumaha diaturna jeung diparentahna ku nu jadi salami.
Duum tinggi ngabagikeun naon naon henteu kalawan adil aya nu loba, aya nu saeutik.
Elmu ajug pinter ari mapatahan batur mah, tapi prak ku sorangan henteu.
Elmu sapi samiuk (ngahiji) kana kagorengan.
Elmu tumbila nu boga imah ngarugikeun ka tatamu.
Elok bangkong nuju sakarat, ngan kari tunggu dawuh bae.
Endog sapatarangan, peupeus hiji, peupeus kabeh kasusah atawa karerepet anu tumiba ka dulur, baraya atawa sobat, balukarna ngabingungkeun atawa nyusahkeun ka sarerea.
Endog tara megar kabeh najan saindung sabapa hneteu sarua milikna, rejekina atawa darajatna.
Galehgeh gado darehdeh tapi henteu terus kana hate.
Gancang pincang kulantaran digawena buru buru jeung kurang ati ati hasilna teh teu nyugemakeun.
Gantung denge hanteu terus bisa ngadengekeun hiji perkara jeung pohara hayangna neruskeun ngadengekeun.
Gantung teureuyeun Hanteu terus daharna sabab dahareunana geus beak atawa daharna kapaksa kudu eureun heula ku lantaran aya dahareun nu didagoan.
Gede gede kayu randu, dipakeke pamikul bengkung, dipake lincar sok anggang, dipake pancir ngajedig Ngeunaan ka jelema anu jangkung ahrelung tur dedeg ngan hanjakal gawena jeung karajinanana goreng.
Gede gunung pananggeuhan Adigung kulanatran boga kolot atawa baraya baleunghar ataw jareneng.
Gede gunung pananggeuhan Boga ahli atawa kawawuhan anu beunghar atawa jadi gegeden, dina urang aya karerepet atawa butuh ku pitulung, eta jalma bisa nulungan ka urang ku kabeungharan atawa kakawasaan.
Getas harupateun, pingges harepan Gampang pisan nyalahkeun atawa ngahukum ka batur.
Geulis sisi, laur gunung, sonagar huma Ari rupa mah tegep ngan dangong dusun meledug.
Gindi pikir belang bayah Goreng hate, dolim, julig , dengki.
Ginding kakampis Ari pake mah ginding ngan duit teu boga.
Giri lungsi tanpa hina Nu luhur jeung nu handap sarua bae ulah dihina.
Goong saba karia Datang sorangan ka anu keur kariaan sanajan hanteu di ondang, maksudna hayang dititah gawe sangkan seubeuh baranghakan.
Gunung tanpa tutugan, sagara tanpa tepi Euweuh anggeusna, euweuh beakna.
Gurat batu Pageuh kana jangji.
Gusti Alloh tara nanggeuy dibongkokna Gusti Alloh tara nangtayungan ka mahlukna anu salah atawa boga dosa ka papada kawula.
Hade gogog hade tagog Hade basa jeung hade tingkah lacuna.
Hade ku omong goreng ku omong Omongan nu hade balukarna hade jeung omongan nu goreng, goreng deui balukarna.
Halodo sataun lantis ku hujan sapoe Kahadean anu sakitu gedena tur lilana leungit pisan ku kagorengan atawa kasalahan sapoe.
Hambur bacot murah congcot Goreng sungutna jeung sok mindeng nyarekan deuih tapi berehan sok daek barangbere dahareun.
Hampang birit gampang jeung daekan dititah.
Hanteu gedag bulu salambar Hanteu sieun atawa gimir saeutik eutik acan.
Hapa hapa ge ranggeuyan Enya ari miskin tea mah, ngan lumayan da ari salaki mah boga.
Hapa hapa ge ranggeuyan Miskin miskin oge da boga salaki nu ngurus jeung nangtayungan.
Harewos bojong Harewos anu cukup tarikna, nepi kadenge ku jelema anu deukeut kalawan tetela pisan.
Haripeut ku teuteureuyeun Gancang atoh dina meunangna rejeki, boh dahareun boh duit kalawan teu ngingetkeun balukarna ieu teh rejeki halal atawa haram.
Harus omong batan goong Beja teh sasarina sok gampang jeung gancang nerekab, kulantaran umuna sok pabeja beja.
Hayang untung jadi buntung teu papanggih ari jeung kauntungan mah, papanggih soteh jeung karugian anu sama sakali henteu diarep arep.
Hejo tihang Resep jeung remen gunta ganti imah tempat atawa pagawean.
Herang caina beunang laukna Maksud bisa kahontal kalawan beres teu aya pihak anu dirugikeun atawa dinyenyeri.
Herang caina beunang laukna Nu dipikahayang bisa laksana tur teu nganyenyeri batur.
Herang herang kari mata, teuas teuas kari bincurang Bareto mah beunghar ayeuna kari miskina.
Heueuh heueuh bueuk Nyatujuan ari diluar mah, ngan bae henteu terus jeung hatena.
Heurin ku letah Hayang jeung perlu ngabejakeun hiji perkara, ngan sieun pok kulantaran loba karisi/ karempan.
Hirup ku panyukup gede ku pamere Hirup samahi mahi ku pamere batur bae, sabab teu purun hojah sorangan dina enggoning nyiar kipayah.
Hirup nuhun paeh dirampes Rido pisan pasrah pisan, teu boga kahayang naon naon.
Hirup ulah manggih tungtung, paeh ulah manggih beja Kudu bageur kudu hade laku lampah supaya alus kacaritakeunana.
Hulu dugul dihihidan Nu keur senang tambang senang, nu keur untung tambah untung.
Hunyur nandean gunung Nyaruaan ka jelema saluhureun harkatna atawa pangabogana.
Hurung nangtung siang leumpang Ginding karana make papakean atawa perhiasan anu aralus.
Ieu aing uyah kidul Boga rasa pangleuwihna ti pada batur, boh ngeunaan rupa, pangarti, pangaboga, pangkat atawa kakawasaan.
Ilang along margahina, katinggang pangpung dilebok maung, rambutna salambar, getihna satetes, ambekanana sadami, agamana darigamana, kaula nyerenkeun Masrahkeun sagalagalana hadena gorengna, bagja cilakana (biasana sok dipake dina seserahan).
Indung lembu bapa banteng Ti indung jeung bapa turunan menak jeung beunghar.
Inggis batan maut hinis Pohara risina, pohara paurna.
Inggis manan maut hinis, rempan batan mesat gobang Inggis jeung paur kabina bina.
Ipis kulit beungeut Gede kaera.
Iwak nangtang sujen Wani nyorang picilakaeun, pibalaieun atawa pibahayaeun.
Jabung tumalapung sabda tumapalang milu nyaritakeun hiji perkara sakapeung nempasan omongan batur, nyeta nyeta siga nu nyaho, padahal teu nyaho nanaon.
Jadi maung malang jadi panghalang, ngeunaan ka lalaki nu ngahalangan pijodoeun hiji awewe.
Jadi sabiwir hiji jadi carita jalma loba.
Jadi senen kalemekan mindeng dicaritakeun batur.
Jaman cacing dua saduit jaman baheula pisan.
Jati kasilih ku junti pribumi kaeehkeun ku urang asing.
Jauh jauh panjang gagang hanas jauh jauh oge dijugjug, ngan hanjakal ku teu hasil.
Jauh ka bedug anggang ka dayeuh dusun, teu nyaho di tata-titi, tidak tanduk, suba sita, duduga jeung peryoga.
Jauh ka bedug dusun,bodo, euweuh kanyaho.
Jawadah tutung biritna, sacarana sacarana unggal bangsa beda adat jeung kabiasaanana.
Jegjeg ceker cape kulantaran leumpang ka dieu ka dieu.
Jejer pasar lumrah bae, mun ka lalaki, kasep henteu, goreng henteu.
Jeung leweh mah mending waleh leuwih hade wakca balaka ngedalkeun kahayang ti batan ngandung kabingung teu wani pok nyarita.
Jogjog neureuy buah loa mikarep ka anu lain babad.
Jogjog neureuy buah loa Milampah anu moal pihasileun.
Ka luhur teu sirungan kahandap teu akaran Jelema nu jahat, julig jeung dengki mah moal jamuga, moal aya kamajuan boh ngeunaan pangkat, boh rejeki.
Kaceluk ka awun-awun kawentar ka janapria, kakoncara ka mancanagara Kawentar pisan, kawentar kamana mana.
Kaciwit kulit kabawa daging Kababawa, katarik kana hiji perkara, keukeuh milu susah, sanajan teu boga salah jeung henteu milu ulubiung perkarana.
Kahieuman bangkong Ku ayana barang titipan di urang, urang teh nepi ka jiga beunghar katenjona ku batur mah padahal miskin teu boga nanaon.
Kai teu kalis ku angin Unggal jelema awal ahir tangtu bakal pinanggih jeung kasusahan.
Kajeun pait tungtung amis manan amis tungtung pait Tibatan ahirna matak susah, leuwih hade dicaritakeun ti heula naon anu matak pisusaheunana.
Kajeun panas tonggong asal tiis beuteung Kajeun teuing cape gawe asal bisa dahar kalawan cukup.
Kalapa bijil ti cungap Ngucah ngaceh rasiah sorangan anu matak cilaka.
Kandel kulit beungeut euweuh caerá.
Katempuhan buntut maung Batur anu salahna atawa anu boga dosana, tapi urang anu kudu nyanghareupan balukarna.
Katumbukan catur kadatangan carita Loba anu embung sabab ngagedekeun jeung ngagugulukeun panyerewedan.
Kawas anjing kadempet lincar Mere parentah ka batur teu kalawan sabar, malah bari ambek ambekan sagala.
Kawas budak rodek hulu Teu ngupama, teu ngajenan, teu ngahargaan pisan.
Kawas cucurut kaibunan Ngeunaan ka jelema anu matak sareukseuk panon.
Kawas hayam keur endogan cilingcingcat bae, teu bisa cicing.
Kawas hayam panyambungan Tacan nyaho di kaler kidul, kawantu anyar keneh aya di eta tempat.
Kawas kacang ninggang kajang Ngomongna tarik tur gancang, biasana ngeunaan ka awewe nu keur ngambek bari nyarekan.
Kawas kuda leupas ti gedogan Bingung ku kamerdekaan, terus sakama-kama nganteur kahayang, ngalajur napsu, kulantaran euweuh anu ngageuing atawa euweuh nu nyengker.
Kawas lauk asup kana bubu Gampang asupna kana pagawean tapi pohara hesena hayang kaluar ninggalkeun eta pagawean.
Kawas lauk asup kana bubu gampang meunangna jeung asup kana hiji pagawean, tapi hese kaluarna jeung negcagkeunana eta pagawean (masalah).
Kawas nu mulangkeun panyiraman Sok nu lain lain, jeung hese ngayakeunana nu dipikayang ku jelema nu tereh ajal, kahayangna sabisabisa kudu dicumponan bae, sanajan matak ngarepotkeun ka ahlina/ kulawargana.
Kawas siraru jadi Pabaliut ku tina lobana, ngeunaan ka jelema.
Kawas wayang pangsisina Ngeunaan jelema nu goreng rupana.
Kejo asak angeun datang Sapagodos jeung maksud urang, atuh teu talangke deui harita keneh dilaksanakeun.
Keur meujeuhna bilatung dulang Laleutik keneh pisan keur meujeuhna bareuki dahar.
Keur meujeuhna hejo lembok rambay carita Keur meujeuhna loba pakaya jeung loba rejeki.
Keur nuju bentang surem keur sue,atawa tiis badan, lamun guna tani ku hama, lamun dagang terusterusan rugi bae.
Kiceupna sabedug sakali Pohara lungguhna.
Kiruh ti girang kiruh ka hilir Lamun anu di luhruna teu balageur jeung teu balener, tangtu nu dihandapna oge milu teu bener milu teu bageur.
Kokoro manggih mulud puasa manggih lebaran Anu saumur -umur miskin tuluy dina hiji waktu pinanggih jeung kamulyaan atawa rejeki anu gede, sasarina sok kacemekanana nepi ka siga mangpang meungpeung.
Kokoro nyoso, malarat rosa, lebaran teu meuncit hayam Kacida miskina.
Kotok bongkok kumorolong, kacingcalang kumarantang = Lauk buruk milu mijah = Piritan milu endogan Pipilueun kana hiji kalakuan kulantaran kabawakeun ku batur, henteu kalawan kahayang sorangan, nepi ka goreng katenjona.
Kudu bisa ngeureut neundeun Kudu bisa nyukupkeun rejeki atawa pangala anu saeutik.
Kudu boga pikir kadua leutik Ulah sabongbrong teuing, kudu aya pikir rangkepan, kudu aya rasa curiga.
Kujang dua pangadekna Hiji pagawean anu ngandung dua rupa maksud.
Kulak canggeum bagja awak Milik hade atawa goreng anu geus ditangtukeun ti ajalina keneh ku Gusti Nu Maha Suci.
Kumaha bule hideungna bae Kumaha engke bae buktina, kumaha behna.
Kumaha kejebur caina geletuk batuna kumaha jadina bae, henteu jadi pikiran.
Kunang kunang nerus bumi Ramana geus teu jeneng deui, di putrana awal ahir aya nu jeneng cara ramana.
Kuru cileuh kentel peujit Daek tirakat, ngadoakeun budak sangkan sangkan junun.
Kurung batok teu resep nyanyabaan, ni'mat cicing diimah bae.
Lain ku tulang munding kabeureuyan mah, ku cucuk peda arek cilaka mah ku kasalahan anu leutik oge bisa, teu kudu ku kasalahan anu gede bae.
Lain lantung tambuh laku, lain lentang tanpa beja lain leumpang maladra Indit ti imah kalawan ngandung maksud anu tangtu, lain lapmah sakaparan paran henteu puguh anu dijugjug.
Landung kandungan laer aisan Gede timbanganana, gede pangampurana.
Langsung saur bahe carek Sok gampang ngagelendeng atawa nyarekan.
Lauk buruk milu mijah = piritan milu endogan pipilueun kana hiji kalakuan ku lantaran kabawakeun ku batur, henteu kalawan kahayang sorangan, nepi ka goreng katenjona.
Legok tapak genteng kadek Loba luangna pangalamanana jeung kanyahona.
Leubeut buah hejo daun Keur meujeuhna loba rejeki, loba pakaya.
Leuleus jeujeur liat tali pohara adilna, dina mutus hiji perkara tara beurat sabeulah, jeung loba pertimbanganana.
Leunggeuh cau beuleum Teu lutreuk dina ngajalankeun hiji pagawean.
Leutik burih euweuh kawani.
Leutik cahak, gede cohok Ari panghasilan saeutik tapi ari pangaluaran mah gede.
Leutik leutik ngagalatik Sanajan leutik awakna henteu jangkung tur gede, tapi leber ku wawanen.
Leutik ringkang gede bugang Jelema mah teu beunang disapirakeun sabab sanajan leutik warugana, dina aya papaitna atawa bobor karahayuan mah bisa jadi kasusah sarerea.
Leuwi jero beunang diteuleuman, hate jelema najan deet teu kakobet Hade gorengna pikiran jelema hese dikira kirana.
Lieuk euweuh ragap taya Teuing ku miskin nepi ka teu boga naon naon.
Loba teuing jaksa loba teuing anu pinter nu ngatur jeung mapatahan, balukarna matak bingung nu dipapatahan.
Lodong kosong ngelentrung Kalah ka loba omong bae, ari pangartina mah euweuh.
Luhur kuta gede dunya Gagah tur beunghar taya kakurang.
Luncat mulang Teu beunang dicekelan omonganana, ayeuna kieu engke mah kitu.
Lungguh tutut Katenjona siga lungguh tapi saenyana mah henteu.
Malengpeng pakel ku munding, ngajul bulan ku asiwung Ngajalankeun (mikarep) hiji perkara anu taya pihasileunana.
Maliding sanak Henteu adil, pilih kasih.
Mangpengkeun kuya ka leuwi Nitah mulang ka lemburna, atawa nitah pindah ka tempat bali geusan ngajadi.
Mapay ka puhu leungeun Mamawa ka kolot atawa ka guru, turtaning kolot atawa guru mah teu nyaho naon naon jeung euweuh patalina saeutik eutik acan.
Marebutkeun paisan kosong Marebutkeun hiji perkara anu teu aya hasilna atawa mangpaatna.
Maut nyere ka congona Keur ngora senang, tapi ari ka kolotnakeun susah.
Melengkung bekas inhalan Ari keur ngora keneh bageur tapi kakolotnakeun jadi teu bageur.
Mere langgir kalieun Mere naon naon anu bisa jadi aya pisusaheunana atawa pibahlaeunana.
Meuli teri meunang japuh = nyair hurang meunang kancra kalawan teu disangka sangka meunang milik, darajat atawa kauntungan anu leuwih gede.
Meungpeun carang ku ayakan Nyaho yen batur teh salah atawa migawe anu dilarang ku Nagara, tapi teu kitu kieu kalahka api api teu nyaho.
Meungpeung teugeu harianeun Embung pisan tutulung ka batur nu keur susah atawa loba kabutuh.
Miceun batok meunang coet Miceun nu goreng kulantaran hayang meunang anu alus, tapi tungtungna meunang nu goreng deui bae.
Mindingan beungeut ku saweuy ari hate goreng, ngan budi parangi marahmay, perluna pikeun mindingan hate nu goreng tea maksudna supaya ulah kaciri tea.
Mipit teu amit ngala teu menta Maling boga batur.
Miyuni hayam kabiri Leutik burih babari sumerah eleh atawa lalaki nu babari sumerah ka awewe.
Moal ceurik menta eusi Keun bae mawa wadah anu gede oge da lain hayang loba diberena.
Moal neangan jurig teu kadeuleu arek nyekel jelema nu aya bae, moal neangan jelema nu euweuh.
Mobok manggih gorowong Aya lantaran pikeun ngalaksanakeun kahayang anu henteu gampang pihasileun.
Mobok manggih gorowong meunang jalan pikeun ngalaksanakeun kahayang.
Monyet kapalingan jagong Tukang maling kapalingan, tukang tipu katipu, tukang ngarah nagrinah karoroncodan.
Mopo memeh nanggung Hoream, teu sanggup samemeh prak.
Mun teu ngakal moal ngakeul mun teu usaha moal pinanggih jeung rejeki pibekeleun hirup.
Ngajul bulan ku asiwung, mesek kalapa ku jara usaha anu mubadir, moal ngadatangkeun hasil (asiwung; kapas nu geus diberesihan sikina, biasana dipake keur mayit nutupan liang-liangan).
Ngadu angklung di pasar papaduan nguruskeun nu euweuh mangpaatna di hareupeun jalma loba.
Ngadu ngadu rajawisuna mawakeun omongan si a ka si b jeung sabalikna, temahna si a jeung si b pasea, parerea omong.
Mun teu ngoprek, moal nyapek. Mun teu ngakal moal ngakeul. Mun teu ngarah moal ngarih Lamun teu digawe niar kipayah tangtu pisusaheun pikeun hirup.
Muncang labuh ka puhu, kebo mulih pakandangan Mulang ka lemburna sabada mang taun taun aya di pangumbaraan/ panyabaan.
Mupugkeun tai kanjut Ngetrukeun pangaboga dina waktuna nyunatan atawa ngawinkeun anak anu kacida dipikameumeutna.
Naheun bubu pahareup hareup dina pangabutuh silih injeuman duit.
Nangkeup mawa eunyeuh mawa cilaka ka jelema anu dipentaan tulung jeung geus nulungan ka urang.
Nangtung kariung ngadeg karageman Ngariung rarageman ngabadamikeun hiji perkara.
Nepak cai malar ceret Ngomongkeun jeung ngagogoreng batur, supaya batur teh ragrag ngarana jeung kawentar kagorenganana.
Nepakeun jurig pateuh Puguh urang nu goreng tapi kagorengan urang teh ditamplokeun ka batur sangkan urang sorangan salamet.
Nete porot ngeumbing lesot Cukup ari ihtiar mah kalawan mangrupa rupa akal tarekah tapi teu hasil bae.
Nete semplek nincak semplak Kieu salah kitu salah.
Nete semplek nincak semplak Ninggang dina salah jeung rugi bae, turug turug kasusah nambahan deuih.
Nete taraje, nincak hambalan Kudu merenah, lamun aya uruskeuneun teh urang kudu datang ka nu handap heula, kakara terus kaluhur.
Neukteuk curuk dina pingping Ngadakwakeun nu lian, tapi nu ngadakwakeunana meula susah, sabab milu katarik kana perkara, milu adu hareupan jeung hakim.
Neukteuk mani anggeus, rokrok pondokeun peunggas harupateun Heuras hatena teu sabar dina nyanghareupan rupa rupa kasusahan jeung babari luluasan.
Neundeun piheuleut nunda picela Neangan pilantaraneun supaya jadi goreng supaya temahna papisahan teu ngahiji deui.
Ngabudi ucing teu wani nembongkeun atawa ngedalkeun kahayang atawa kadeudeuh.
Ngadagoan kuah beukah Ngadagoan pasesaan kadaharan (Hal ieu ngan wungkul tukang babantu di imah batur bae, anu saenyana mah ayana tukang babantu teh henteu perlu).
Ngadagoan uncal mabal Ngadagoan jeung mikahayang kana rejeki tapi sungkan ihtiar pikeun ngadatangkeun eta rejeki.
Ngadaweung ngabangbang areuy pohara nineungna kana jaman nu geus kasorang nepi ka matak waas pacampur jeung sedih.
Ngadek sacekna, nilas saplasna Ngomong/nyarita anu teu dileuwihan atawa dikurangan.
Ngadeupaan lincar ngadeukeutan anu keur sidekah atawa kariaan, supaya katenjo ku anu boga imah jeung diajak dahar.
Ngagandong kejo susah nyatu loba ari titaheun mah boh anak boh bujang ngan hanjakal ku hese nitah, euweuh nu daekeun ari dititah teh.
Ngagedag bari mulungan Nanyakeun hiji perkara ka batur anu urang tacan nyaho, tapi embung kanyahoan yen urang tacan nyaho, kulantaran kitu api api geus nyaho bae.
Ngaliarkeun taleus ateul ngabeja bejakeun kagorengan atawa kajahatan batur.
Ngaliarkeun taleus ateul Ngabeja bejakeun kagorengan batur atawa kajahatan anu lian.
Ngarep ngarep bentang ragrag Ngarep-ngarep nu pamohalan bakal kasorang atawa kajadian.
Ngarep ngarep kalangkang heulang Ngarep ngarep hiji perkara anu kacida banggana jeung sudah pihasileunana.
Ngawur kasintu, nyieuhkeun hayam ngaraeh jeung darehdeh ka deungeun, sabab hayang kapuji, tapi teu nolih jeung nyapirakeun ka dulur atawa ka baraya sorangan.
Ngeplek jawer, ngandar jangjang, miyuni hayam kabiri Leutik burih, borangan, sieunan, kecing.
Ngeupeul ngahuapan maneh Lungas lengis mikawelas mikaasih ka diri sorangan, supaya batur welaseun jeung nulungan ka urang.
Nginjing sila, bengkok sembah goreng hate, teu satia ka anu jadi pamingpin atawa dunungan.
Ngodok liang buntu hese cape taya gawe, susah payah taya guna sanajan tihothat oge moal atawa henteu beubeunangan.
Ngodok liang jero Teu hasil enggoning nyiar rejeki, kaditu kadieu luput bae.
Ngukur ka kujur nimbang ka awak Ngaluarkeun duit pikeun kaperluan hirup, pakan, pake jste disaluyukeun jeung pangala.
Ngukut kuda kuru ari geus gede sok nyepak Ngukut bujang anu tadina pohara balangsakna, susak dahar susah make, tapi ari geus mulya awak lintuh jeung pake hade, ngalawan ka anu jadi dunungan.
Ngusap birit bari indit kulantaran ambek nyedek atawa era paraa, leos bae indit, teu amit heula ka anu araya didinya.
Nimu luang tinu burang Nambahan luang atawa pangarti waktu keur pinanggih jeung kacilakaan atawa hukuman.
Nincak parahu dua Ngadunungan ka duaan atawa boga dua pausahaan.
Ninggang kana kekecrekna Keur mah goreng rupana, goreng laku lampahna deuih.
Nini nini dikeningan, awewe randa dihiasan Ngamahalkeun barang naon bae anu geus ruksak.
Noong ka kolong Leutik hate, leutik pangharepan.
Nu asih dipulang sengit, nu haat dipulang moha nu hade jeung loba jasana ka diri urang, dinyenyeri ku urang, ku omongan atawa ku kalakuan anu goreng.
Nu borok dirorojok = nu titeuleum disimbeuhan nu keur susah ditambah kasusahanana, nu keur nyeri ditambah kanyerina.
Nu borok dirorojok, nu titeuleum disimbeuhan Nu keur susah ditambah deui kasusahna.
Nu burung diangklungan, nu edan dikendangan ngahaminan omongan atawa carita batur, sanajan ceuk hate sorangan eta omongan atawa carita teh salah.
Nu tani kari daki, nu dagang kari hutang Nu tani jeung nu dagang sarua ripuhna, euweuh nu mulya.
Nuju hirup ninggang wirahma Ngeunaan ka jelema anu keur alus milik.
Nulungan anjing kadempet nulungan jelema nu teu boga pisan rasa tumarima.
Nya di hurang nya dikeuyeup Di unggal jelema oge taya bedana, sarua bae, mungguhing wiwirang atawa katugenah hate mah boh di menak boh disomah sarua bae.
Nya ngagogog nya mantog Nya nitah ka batur nya prak kumanehna.
Nya picung nya hulu maung Nu nanya jeung nu ngajawab teu sapagodos, pananya jeung jawaban pasalia, henteu nyambung.
Nyaeuran gunung ku taneuh, sagara ku uyah nambahan kauntungan atawa kakayaan ka anu geus beunghar.
Nyair hurang meunang kancra Sugan the rek meunang kauntungan, kamuliaan atawa bagja anu leutik manahoreng meunang kauntungan atawa bagja anu gede.
Nyaliksik ka buuk leutik Nyusahkeun, peperedih atawa pepentaan ka jelema anu sahandapeun darajatna jeung pangabogana.
Nyalindung ka gelung Milu hirup ka pamajikan anu loba pakayana.
Nyanggakeun suku genteng belokeun, beuheung teukteukeun, disiksik dikunyit kunyit, dicacag diwalang walang Sumerah, masrahkeun diri rek dibeureum rek dihideung kari kumaha didinya bae, dina rumasa geus salah atawa rumasa boga dosa.
Nyanghulu ka jarian Ngawula ka jelema anu sahandapeun harkatna atawa pangartina.
Nyeri beuheung sosonggeteun Pohara ngarep ngarepna, tapi anu diarep arep teu jol bae datang.
Nyeungeut damar di suhunan mintonkeun kakayaan, atawa barangbere supaya dipuji.
Nyeungseurikeun upih ragrag Akey akeyan nyeungseurikeun batur, dumeh buuk geus bodas huntu geus ompong, tonggong geus bengkung turtaning ieu the kahareup mah ku urang sarerea bakal kasorang.
Nyiar batuk piaraheun Nyiar pigujrudeun, pipaseaeun.
Nyicikeun cai, murulukeun lebu turun cadu (cacaduan), pantang ngalampahkeun hiji perkara anu dilarang ku luluhur.
Nyieun catur taya dapur nganggit hiji dongeng nu teu aya galurna.
Nyieun heuleur jeroeun huma Henteu raket jeung dulur pahare-hare bae.
Nyieun pucuk ti girang pangheulana neangan piaseaeun.
Nyiruan mah teu resepeun nyeuseup nu pait Lumrahna manusa teu resep reureujeungan jeung nu teu boga.
Nyiuk cai ku ayakan Pagawean nu mubadir, moal ngahasilkeun naon naon.
Nyium bari ngegel Omongannana hade ngan hate jeung maksudna goreng . Salakina dipisobat ari pamjikanana dibogohan atawa sabalikna.
Nyokot lesot ngeumbing porot Teu aya usaha anu ngahasilkeun.
Nyolok mata buncelik nganyenyeri, ngahina atawa ngawiwirang di hareupeunana.
Nyuhun nanggung ngelek ngegel Rebo pisan, babawaanana loba naker.
Nyuhunkeun bobot pangayon timbang taraju Menta pangampura jeung menta timbangan da geus puguh rumasa ari salah jeung dosa mah.
Nyukcruk walungan mapay mapay wahangan Kalawan taliti pisan nalungtik luluhur, imeut pisan pancakakina.
Omong harus batan goong Beja the gancang naker nerekabna, malah sasarina mah beja anu nerekab teh leuwih hebat batan aslina.
Owah gingsir Hanteu tetep, henteu ajeg, gunta ganti pamadegan.
Paanteur-anteur julang silih anteur nepi ka aya dua tilu kalina.
Pacikrak ngalawan merak Tangtu elehna sabab nu leutik ngalawan anu gede.
Pada rubak sisi samping Sarua bae pada loba luangna, pada loba pangalamanana.
Pagirang girang tampian Paunggul unggul dina neangan pangupa jira (Paunggul unggul nyiar rejeki, teu daek silih seblokan).
Paheuyeuk heuyeuk leungeun Silih bantuan, silih belaan, silih tulungan.
Pait daging pahang tulang Arang gering.
Pait daging pahang tulang cageur teu keuna ku panyakit naon bae.
Pakotrek iteuk Laki rabi ti ngongora napi kakolot pisan, pada pada geus jadi aki-aki nini-nini.
Paluhur luhur diuk pagede gede kauntungan dina nyiar kipayah.
Panday tara bogaeun bedog Sasarina ari tukang mah sok tara bogaeun.
Papadon los ka kolong Cidra jangji, teu nedunan jangjina.
Peureum kadeuleu beunta karasa Inget bae, teu bisa poho. Biasana mah lain kana barang tapi ka jelema anu dipikancinta.
Piit ngeundeuk ngeundeuk pasir mikarep kaanu lain babadna, tangtu moal kasorang.
Pindah cai pindah tampian Robahna tempat matuh robah adat jeung kabiasaan.
Pinter aling laing bodo Pinter tapi embung kanyahoan ku batur, kusabab eta nyeta nyeta anu bodo.
Pipilih meunang nu leuwih koceplak meunang nu pecak Milih kalawan ati ati pisan ku lantaran hayang meunang nu leuwih hade, ngan ahirna meunang nu leuwih goreng.
Piruruhan katengahimahkeun Nu dusun didikan dibawa kana pasamoan.
Pupulur memeh mantun Menta ganjaran memeh aya jasa atawa menta buruhan memeh prak digawe.
Pur kuntul kari tunggul, lar gagak kari tunggak, tunggak kacuwatan daging Dina cidrana anu diborehan, boreh anu katempuhan, kudu mayaran hutang anu dipangnanggungkeun.
Puraga tamba kadengda Migawe hiji pagawean henteu jeung enya enya. Henteu ngandung maksud supaya hade hasilna ieu mah pada ulah dipaido bae.
Raweuy beuweungeun rambay alaeun Loba dahareun da loba pepelakan.
Rumbak caringin di buruan dina hiji kasusah atawa karerepet geus boga teu boga kolot anu mepelingan ka urang.
Rumbak kuntieun Henteu lengkep, aya bae anu kurang nu matak cua kana hate.
Rup ku padung rap ku lemah, katuruban ku taneuh beureum Maot. Sasarina ngeunaan kanyeri anu satungtung hirup moal poho sanajan nepi ka maot.
Rusuh luput gancang pincang Migawe naon bae anu rurusuhan, temahna matak kaduhung sabab hasilna teu matak nyugemakeun.
Sabobot sapihanean Sauyunan, sapapait samamanis sabagja sacilaka.
Sabuni buni anu ngising sanajan dibunian atawa disumputkeun oge ari laku lampah anu goreng mah awal akhir sok kudu kanyahoan bae.
Sagalak galakna macan taru nyatu anakna sanajan pohara bengisna nu jadi indung-bapa, umuna tara tega ka anu jadi anak.
Sagolek pangkek sacangreud pageuh Hanteu cidra kana jangji.
Saherang herangna cai beas Galibna hate teh hese pisan beresihna ka jelema anu geus bukti tas nganyernyeri ka urang.
Saherang herangna cibeas, moal herang cara cisumur Sasarina lamun geus aya pacengkadan sok tara hade deui cara bareto samemeh aya pacengkadan.
Sakecap kadua gobang Gampang ngambek jeung gampang ngadek deuih.
Sakiriciking duit sakocopoking bogo Naon bae anu matak narik kana hate urang.
Saluhur luhur punduk tara ngaliwatan hulu Sapinter pinterna murid pangartina moal ngaluhuran guru.
Sangsara di geusan betah Teuing ku miskin, teu boga naon naon pisan kulantaran geus embung digawe nyiar kipayah. Anehna the ari hirup mah hayang keneh.
Sapu nyere pegat simpay Paturay papisahan.
Sareundeuk saigel sabobot sapihanean sabata sarimbangan Sauyunan, layeut, tara aya pacengkadan.
Satengah buah leunca Teu jejeg ingetan, langlang lingling, kurang saeundan.
Saumur nyunyuhun hulu Saumur hirup rumingkang di bumi alam.
Saungkab peundeuy Omongan anu pondok tur kurang manis.
Sengserang padung Ngeunaan awewe atawa lalaki anu boga keneh napsuna cara baheula keur ngora keneh, sasarina aya di jelema nu geus kolot, nu tereh paeh.
Sentak badakeun teu ceehan dina gawe, mimiti pohara getolna, tapi beuki lila beuki ngedul nu tungtungna teh diantep teu dipigawe pisan.
Sereg di panto logor di liang jarum nyingkahan hirup kumbuh jelema loba, sabab loba dosa, loba kasieun jeung kaera, betahna dinu suni nu teu aya jelema.
Sereg dibuana logor diliang jarum Kulantaran loba kasalahan atawa dosa, embung cicing di nu rame, sabab sieun, karesepna the di nu suni, nu euweuh jelema.
Seukeut ambeu seukeut deuleu loba mata-matana jeung pinter nyusud perkara (keur pagawean pulisi).
Seukeut tambang manan gobang Sakumaha gagahna wanina jeung ngalawana oge jalma jahat mah awal ahir tangtu katangkep pulisi.
Seuneu hurung cai caah Keur ambek, keur amarah, keur napsu.
Seuneu hurung dipancaran Nu keur napsu, heug ditambahan pisan pikakeuheuleun, tangtu bae ngambekna jadi tambah.
Seuseut batan neureuy keueus Hese pisan.
Sibanyo laleur Ledis pisan, teu nyesa saeutik eutik acan.
Sirung ngaliwatan tunggul Darajat atawa milik anak ngaliwatan bapa.
Sosoroh ngadon kojor Kikiriman ku lantaran aya pangarahan tapi boro boro meunang kauntungan, kalahka meunang wiwirang jeung karugian.
Tamiang meulit ka bitis Malindes ka diri sorangan.
Tamplok batokeun Berehan teuing nepi ka urang mah susah.
Taya halodo panyadapan taya eureuna digelendeng atawa di dicarekan (Terus bae digelendeng atawa dicarekan).
Teng anak teng, anak merak kukuncungan sipat-sipat nu aya di anak, babakuna nu hadena, sasarina loba anu diturunkeun ku kolotna.
Teu aya sarebuk samerang nyamu Teu aya saeutik eutik acan.
Teu beunang dikoet kunu keked Teuing ku koret, tara pisan tutulung ka nu butuh tatalang ka nu susah.
Teu boga pikir rangkepan Teu boga curiga saeutik eutik acan.
Teu busik bulu salambar teu regrog regrog, malah unggul dina juritna.
Teu cari ka Batawi tapi ka salaki hakan pake hayang ti salaki.
Teu diambeuan teu dipikarisi, teu dipikagimir, teu dihargaan/diajenan.
Teu didingding kelir teu dibuni buni, ditembrakeun bae, teu dirasiahkeun.
Teu dipiceun sasieur Sarua pisan teu aya bedana saeutik eutik acan.
Teu ditari teu ditakon Teu dipalire diantep bae, teu ditanya tanya acan.
Teu gugur teu angina Samemeh kajadian naon naon, teu aya pisan beja, lantaran atawa ciciren.
Teu jauh ti tihang juru teu anggang ti tihang tengah Nya goreng rupana nya goreng kalakuanana sok daek pulang paling.
Teu mais teu meuleum teu aya patalina pisan, teu pipilueun.
Teu ngalarung nu burung, teu nyesakeun nu edan ngalajur napsu ka awewe, ka anu halal jeung anu haram oge disaruakeun bae.
Teu nginjeum ceuli teu nginjeum mata Ngadenge jeung nenjo sorangan lain cenah jeung baruk.
Teu nyaho di alip bingkeng bodo teu bisa maca-maca acan, da teu sakola.
Teu puguh alang ujurna teu puguh entep seureuhna, teu beres lain kitu kuduna.
Teu wawuh wuwuh pajauh, teu loma tambah paanggang Sing wawuh tur sing loma sabab balukarna alus pisan.
Teui hir teu walahir, teu kakak, teu caladi teu aro aro acan Teu baraya, teu kaka, teu adi teu alo alo acan. Deungeun deungeun tulen.
Ti luhur sausap rambut ti handap sahibas dampal Menta dihampura tina rumasa geus salah atawa boga dosa.
Ti peuting kapalingan ti beurang kasayaban Sababaraha kali karurugian atawa karoroncodan.
Tiis ceuli herang mata ngeunah hate kulantaran ngeunah deudeuleuan jeung dedengean.
Tikoro andon peso ngadeukeutan jelema nu bakal ngahukum atawa nganyenyeri ka diri urang.
Tinggar kalongeun Teu sieun atawa teu nurut kulantaran remen teuing digelendeng atawa dicarekan.
Tipu keling ragaji Inggris pinter dina kajahatan, pinter dina ngbobodo atawa nipu.
Titip diri sangsang badan Mihapekeun maneh.
Titirah ngadon kanceuh sejana nyiar kasenangan, tapi jadina pinanggih jeung kasusah nu leuwih gede.
Totopong heureut dibeber beber, tangtu soeh nyukupan ku pangala nu sakitu saeutikna, tangtu bae matak jadi susah, lamun rejeki atawa pangala saeutik, ari keperluan jeung pangaluaran anu sakitu lobana.
Tugur tundang cuntang gantang Ngajalankeun pagawean pikeun Nagara, babakti ka nagara.
Tunggul dirarud catang dirumpak Euweuh anu dipikaserab, terus bae ngalajur napsu.
Tunggul sirungan, catang supaan Aya kajadian anu goreng atawa matak teu genah ahirna.
Tungkul ka jukut tanggah ka sadapan junun nyanghareupan pagawean anu dipilampah, teu kaganggu ku naon naon.
Ulah beunghar memeh boga ulah adigung nyeta nyeta anu beunghar, turtaning henteu atawa tacan boga pakaya.
Ulah cara ka kembang malati kudu cara ka picung Ulah sok bosenan ari ka pamajikan teh, hadena mah ti keur ngora keneh nepi ka geus kolot teh, lain beuki lila beuki bosen tapi kudu beuki lila beuki welas asih.
Ulah cara ka malati kudu cara ka picung Ulah ngurangan kanyaah kudu beuki lila beuki nyaah.
Ulah kabawa ku sakaba-kaba ulah kabawa ku nu teu puguh, maksudna kabawa jurig, dedemit.
Ulah muragkeun duwegan ti luhur masing nyaah kana rejeki meunang hese cape ladang kesang, pacuan arek dimonyah monyah.
Ulah pangkat memeh jeneng Ulah adigung adiguna hayang nyaruaan ka nu geus jeneng.
Ulah tiis tiis jahe kudu iatna, kudu cingceung.
Ulah unggut kalinduan ulah gedag kaanginan Ulah kagoda, ulah kaganggu atawa kabengbat ku rupa rupa, lamun urang keur nyanghareupan hiji maksud anu hade.
Uncal tara ridu ku tanduk Duduluran karumpul kabeh.
Uyah tara tees kaluhur Galibna sipat indung bapa anu harade atawa anu goreng sok diturunkeun ka anak incuna.
Waspada permana tingal Bisa nyaho kana naon naon anu bakal kajadian.
Wiwirang di kolong catang nya gede nya panjang wiwirang nau pohara gedena.