Jumat, April 16, 2010

TAUHID

Ilmu atau pemahaman tentang keberadaan yang di yakini,dianggap lebih atau super di dalam keyakinan sesorang dan pada umumnya menjadi sebuah aqidah dalam sebuah pemahaman terutama di dalam keyakinan beragama .


Membahas ilmu,pemahaman tentang TAUHID dalam agama,membahas mengenai ketuhanan di semua agama ,dengan ilmu atau pemahaman di setiap agama dengan tujuan untuk mengetahui keberadaan tuhan. Dalam hal ini kita mencoba membahas tentang ilmu atau pemahaman mengenai tuhan dalam hukum Islam. Di dalam hukum Islam tauhid adalah ilmu atau pemahaman mengenai tentang kepada siapa ibadah yang sesungguhnya.


TAUHID adalah tarkuttaohidi minattaohidi artinya : maninggalkan bilangan satu dari satu penjelasannya “ bila adadin bila saotin bila harpin “ artinya ; tidak termasuk bilangan, tidak termasuk suara, dan tidak termasuk hurup.

Jadi dalam ilmu atau pemahaman Islam bahwa kata Tuhan adalah ALLAH, dalam masalah ini sering menjadi pertanyaan di kalangan umat muslim tentang keberadaan ALLAH,dimana, bagaimana dan seperti apa dan apabila di perdebatkan tentang keberadaan Tuhan itu ,akan menjadi perdebatan yang tidak berujung dan kadang akhirnya menjadi perselisihan akibat dari perbedaan ilmu dan pemahaman.akibat yang lebih fatal kadang sampai terjadi permusuhan antar umat muslim, kalau kita sadari dan kita pahami sebenarnya umat muslim hanya mempercayai satu kitab yaitu Al Qur’an dan di dalam Al Qur’an itu isinya sebagian menerangkan tentang hukum TAUHID, akibatnya dari pemahaman pribadi tanpa di dukung dengan hukum yang terdapat di dalam Al Qur’an akan menimbulkan perbedaan pemahaman yang akibatnya menimbulkan perpecahan .untuk lebih jelasnya kita bahas ALLAH itu tidak termasuk bilangan artinya bilangan atau angka 1 2 3 dst tidak layak untuk menyebutkan keberadaan Allah jangankan 2 dan 3 bahkan bilangan atau angka 1 pun tidak layak untuk menyebutkan bahwa Allah itu satu karena keterangan menyatakan bila adadin yang artinya bahwa Allah bukan 1 ( satu ) tetapi satu adalah kepunyaan Allah, kemudian Allah itu tidak termasuk suara jadi Allah itu tidak bersuara sebab bila saotin tetapi suara adalah kepunyaan Allah,dan Allah tidak termasuk hurup (harpin) sebab bila harpin Allah adalah bukan hurup tapi hurup( aksara ) kepunyaan Allah.


Dari pembahasan di atas tentang adadin ,saotin dan harpin itu sifat sifat yang tidak layak apabila di tujukan kepada Allah sebab Al Qur’an menerangkan bahwa Allah “ subhaanahu ammayasipuun “ yang artinya ; Allah bersih dari segala sifat yang tidak layak untuk disamakan dengan sifat makhlukNya. Al-qur'an menegaskan bahwa Allah itu " laisa kamislihi sai'un " artinya dia itu tidak ada contohnya, segala perkara pun kepadanya mambahas ilmu ketauhidan adalah penting bagi umat sebagai pengikutnya agar terhindar dari kemusrikkan kepada Allah sebab musrik itu sangat berbahaya terhadap keimanan pengikutnya,sehingga wajib memahami apa itu musrik, pahamilah bahwa musrik itu bisa terjadi dengan tiga perkara
1. Musrik I’tiqad    bisa terjadi dalam hati dan terjadi dengan niat tanpa di ketahui orang lain.
2. Musrik ucapan  atau perkataan dimana ucapan yang keluar menyekutukan, bisa 
                             menghina, mengejek dan mensejajarkan Allah dengan makhlukNya.
3. Musrik lampah  atau kelakuan dan perilaku ini bisa terjadi perilaku tidak sesuai dengan
                             hukum Allah.

ketiga kemusrikan terjadi karena tidak memahami ilmu atau pemahaman mengenai tauhid, juga ada yang terjadi karena ke taklidan kepada seseorang atau kepada sesuatu sehingga tidak terasa ada doktrin yang memasung terhadap pemahaman, sehingga pada akhirnya akal dan pikirannya terbelenggu pada luasnya wawasan dan pola pikir.


PERBEDAAN TAUHID
Tauhid versi Islam berbeda dengan versi agama lainnya, pemahaman tentang tauhid di luar agama Islam hanya di kenal meng Esa kan kepada tuhannya dan untuk lebih yakin keberadaan tuhannya maka di buatlah lambang lambang ketuhanannya, dengan cara di buat patung( Arca ) yang sengaja di buat sakral seolah tuhan itu ada di dalamnya bentuknya di buat sama seperti makhluk pada umumnya di situlah penganutnya menyembah tuhannya sebagai bentuk pengabdian,pemujaan dengan ritualnya yang beraneka ragam bentuk ritualnya. untuk mendisiplinkan umatnya maka di buat aturan aturan menurut kitab agamanya masing masing .


Di dalam hukum agama Islam berbeda dalam memahami dan mengetahui tuhannya,hukum Islam mengajarkan kepada penganutnya untuk memahami atau mengetahui Allah sebagai tuhannya di wajibkan mepelajari ilmu - ilmu tentang ketuhanannya yaitu ;
1. ilmu syari’at
2. Ilmu hakikat
3. ilmu tarikat
4. Ilmu ma’rifat

Di dalam hukum Islam musrik bagi penganutnya apa bila menggambarkan atau mewujudkan Allah dalam bentuk yang identik dengan makhluknya, jangankan di gambarkan sama dengan makhlukNya,memberi sifat pun tidak di perbolehkan karena Allah itu tidak sama dengan makhlukNya. Dengan kata lain bahwa yang meciptakan itu tidak akan sama dengan yang di ciptanya, oleh karena itu bagi umat Islam meyakini bahwa Allah yang menciptakan atau menjadikan makhluknya tidak akan sama dengan apa yang di buatnya maka di kenal dalam hukum Islam yang namanya robb atau sering di ucapkan Allah itu Rabbul’alamin pengurus seluruh alam sehingga umat Islam pada umumnya Allah itu adalah yang mengurus seluruh alam yaitu alam gaib dan alam nyata. Allah juga dikenal sebagai khaliq ( pencipta ) seluruh makhluk baik itu makhluk yang berada dimuka bumi ini sebagai alam nyata juga yang menciptakan makhluk yang berada di alam ghaib.
Di dalam hukum Islam ada satu persyaratan mutlak yang harus di lakukan oleh pengikutnya sebelum menjalankan syari’at Islam yaitu di wajibkan membaca dua kalimah syahadat atau di kenal syahadatain sebagai persyaratan masuk agama Islam.
Syahadat adalah pengucapan janji kepada dirinya untuk selalu patuh dan ta’at pada Allah dan Rasulnya syahadat itu sendiri mengandung arti :
1. Syahadat tauhid
2. Syahadat Rasul


Apabila sudah membacakan dua kalimah syahadat, di wajibkan memegang teguh dan wajib menjalankannya rukun yaitu :
1. rukun Islam
2. Rukun iman
kedua rukun itu bersipat pundamental bagi seluruh umat islam tidak boleh keluar dari dua rukun tersebut. Rukun Islam itu terdiri dari 5 rukun :
1. syahadat
2. Sholat
3. Zakat
4. puasa
5. menunaikan ibadah haji


Karena ini bersifat rukun maka wajib bagi umat muslim untuk menjalankannya . kelima butir yang terdapat dalam rukun Islam harus terwujud dalam perilaku seorang muslim karena rukun islam itu adalah dasar yang membentuk menjadi sebuah aqidah yang tertanam di dalam hati seorang muslim dan merupakan ikatan antara Allah, manusia dan alam sekitarnya. Adapun rukun iman terdiri dari 6 rukun :
1. Iman kepada Allah
2. iman kepada malaikat
3. iman kepada Rasul
4. iman kepada kitab kitab Allah
5. iman kepada hari kiamat
6. Iman kepada takdir baik dan buruk


Sama halnya dengan rukun Islam karena merupakan rukun maka wajib bagi umat muslim untuk menjalankannya dan merupakan dasar yang membentuk sebuah aqidah yang tertanam di dalam hati seorang muslim dan merupakan ikatan antara Allah, manusia dan alam sekitarnya.

Kitab Marifatullah

Bissmillahirahmaanirrahiimi.

Alhamdulillahi robbil’alamiin, wassholatu wassalamu ‘ala syaidina Muhammadin wa ‘ala aliihi wa shohbihi ajma’iin.

Mimiti jisim kuring nulis ieu kitab, ngalap berkah tina jenengan Allah ta’ala, nu murah ti dunya ka umat-umatna sakabeh, jeung nu asih di Akherat ka umat-umatna anu mu’min, ari Rohmatna Allah ta’ala kasalametannana turuna ka atas panutan urang Kangjeng Nabi Muhammad Shalallohu ‘alaihi wassalam, jeung ka para sahabatna rawuh kulawargana sakabeh.

WAJIB MA’RIFAT KA ALLAH TA’ALA

Ari ma’rifat ka Allah ta’ala teh wajib di sakabeh jalma mukalaf, tegesna jalma anu geus aqil baligh, eta wajib teu meunang henteu, karana aya dawuhannana Kangjeng Nabi Muhammad shalallohu ‘alaihi wassalam kieu :

Awwalu dinni ma’rifatullahi ta’ala
Sundana : Awal –awal Agama eta kudu nyaho heula ka Allah ta’ala, sababna pang kudu nyaho heula teh, supaya manusa enggoning ngalakonan ibadahna syah ditarima amal ibadahna ku Allah ta’ala, sabab tadi oge amal teh kudu kalawan ilmu, upama teu kalawan ilmu batal, tegesna teu jadi, samangsa-mangsa teu jadi tangtu moal aya mangfa’atna pikeun di Akherat ngan ukur keur di dunya wungkul.
Tapi dina hal ilmu mangkade kaliru, ari hartina ilmu teh kanyaho, tapi lain kudu nyaho kana syara, syahna batalna ibadah bae, tapi kudu jeung nyaho (ma’rifat) ka Allah ka Rasulullah, sabab eta teh ibarat tempat atawa gudangna keur piwadaheun amal ibadah urang sarerea, ulah teu puguh sokna.

Ibarat lamun di dunya mah ibadah keur ngumpul-ngumpulkeun papaes imah, saperti meja korsi lomari jeung salianna, ari ma’rifat ka Allah ibarat urang ngabogaan imah anu pageuh anu gede, nyaeta supaya eta barang-barang nu beunang hese cape teh merenah puguh tempatna, betah ngeunah dicicingannana, karana sanajan boga barang loba sarta aralus hargana mahal, upama teu boga tempat (imahna) rek dimana diteundeunna? Naha rek sina pabalatak di buruan, di pipir-pipir, atuh cicingna oge piraku rek aya kangeunahannana, da meureun kapanasan kahujanan, keur mah teu ngeunah dicicingannana teh, barang-barangna oge tangtu babari ruksak, moal tulus jadi kani’matannana.
Komo deui upama urang boga tekad amal ibadah teh keur bawaeun engke balik ka Akherat, atuh beuki wajib ma’rifatna ka Allah ta’ala teh, sabab pikeun tempat pangbalikan tea.
Upama teu dikanyahokeun ayeuna, naha kira-kirana bisa datang engke kana tempat asal urang tadi? Kapan dina sakaratil maut mah geus moal aya tanyaeun deui, jeung geus moal boga akal deui ku ngarasakeun kanyeri oge, sabab ceuk Hadist upama urang lolong tegesna teu nyaho ka Allah ka Rasulullah ayeuna keur waktu di dunya, engkena di Akherat tetep lolong bae, samangsa-mangsa lolong tegesna poek di Akherat, atuh beubeunangan urang ti dunya anu beunang sakitu hese cape teh, rek dibawa kamana?

Ku sabab teu bisa datang ka Allah, kana asal urang tadi sarerea, palangsiang babawaan teh bakal dibawa utrak-atrok, dibawa asup ka enggon Siluman, babawaan urang dijieun kakayaan di Nagarana, urang di jieun badegana, ku sabab eta ayeuna urang meungpeung di dunya, kudu ikhtiar kudu tiung memeh hujan, tegesna kudu nganjang ka pageto, nyaeta kudu bisa paeh samemeh paeh, karana lamun teu bisa paeh heula sajero hirup, moal nyaho ka Akherat karana nyaho ka Akherat teh kudu bisa paeh heula, kapan ceuk dalilna oge :
Antal mautu qoblal mautu
Jadi gening Akherat atawa asal urang teh, kudu dikanyahokeun jeung kudu dianjangan ti ayeuna, supaya engke ulah nyasab deui, paeh pulatat-polotot, jeba-jebi, larak-lirik neangan jalan.

Jalan-jalanna Ma’rifat ka Allah Ta’ala

Ari jalan-jalanna ma’rifat ka Allah ta’ala nyaeta aya dua jalan, aya nu ti handap ka luhur, jeung aya nu ti luhur ka handap.
Ari anu ti handap ka luhur, nyaeta anu masantren heula, ngaji kitab Qur’an jeung terus ngalakonan ibadahna rukun anu lima perkara, tah anu kitu teh ibadah keur jalan ma’rifat ka Allah ta’ala, tapi hanjakal lolobana mah tara ditepikeun kana ma’rifatna, lantaran kaburu betah, kaburu ngeunah dina asma, tegesna geus ngarasa ni’mat dina Pal Nunjukna (papan merk nu nuduhkeun tempat), padahal upama diteruskeun ma’rifat kana dzatna sifatna Allah ta’ala, piraku teu undak kani’matannana, da gening karek dina asmana wungkul geus sakitu kani’matannana.

Ari jalan anu ti luhur ka handap, nyaeta anu nyumponan dalil tadi Awwalu dinni ma’rifatullahi ta’ala, jalanna lain tina masantren wungkul, tapi kudu jeung ngisat diri nyaeta kudu daek tirakat, kalawan jeung ikhtiar neangan pigurueunnana, Guru anu Mursyid, sabab moal weruh tanpa Guru, ku sabab eta mana ku urang kudu disusul? Teu aya deui lian ti tarekatna Wali nu kudu disusul, sabab eta anu bisa tepi ma’rifat kana sifatna Allah ta’ala nu kasebut Jauhar Awwal tea, nyaeta hakekatna Muhammad tea, da piraku teu aya leleberannana pikeun urang sarerea, sababna tadi oge para Wali pangna sakitu poharana tatapa teh pikeun ngabela umat-umatna Rasulullah supaya bisa baralik deui ka Allah ta’ala.

Ku sabab kitu atuh hayu urang pada teangan ku sarerea eta tarekat wali teh, sabab upama teu buru-buru kapanggih, tangtu urang moal barisa balik deui ka asal, pasti nyawa urang engke bakal marakayangan atawa nitis-nitisan, balik deui ka dunya kana barang anu keuna ku ruksak deui, moal bias nyumponan kana dalil :

Inna lillaahi wa inna ilaihi raaji’uun
Sundana : Asal ti Allah kudu balik deui ka Allah.
Ku sabab kitu tangtu sarerea oge meureun pada bingung keneh, pada-pada percaya oge, lantaran urang pada teu ngarasa tadi inditna ti Allah, turunna ka alam dunya, tapi kusabab dalilna kitu, gancang bae ngaku yen urang asal ti Allah, tapi ngakuna teh sasemet biwir bae, kapaksa ngaku soteh sieun disebutkeun kufur kafir karana henteu percaya kana dalil, tapi atina mah keukeuh poek teu kaharti ku sabab teu karasa. Kusabab eta ayeuna pribados arek mere panerangan saeutik, malah mandar tiasa percaya sareng karaosna, urang tadi asal ti Allah kieu katerangannana, urang papay ti handap ka luhur supaya kaharti ku akal.
Mimiti urang tumarima asal ti mana? Nu kaharti jeung ku umum, urang asal kaluar teh ti Indung. Teruskeun deui papay ka luhurna, ari Indung asal ti mana? Tangtu Indung urang teh kaluar ti Nini. Ari nini asal ti mana? Teu salah deui asal kaluar ti Buyut. Ari Buyut asal ti mana? Tangtu kaluarna ti Bao. Ari Bao asal ti mana? Nya asalna kaluar ti Janggawareng. Ari Janggawareng asal ti mana? Tangtu kaluar ti Udeg-udeg. Ari Udeg-udeg asal ti mana? Tangtu asalna kaluar ti Kakait Siwur, saterusna kitu bae, ti Indungna deui, ti Indungna deui nepi ka Babu Hawa. Ari Babu hawa asal ti mana? Ku sakaol ceuk Hadist asalna Babu Hawa teh asal tina iga burungna Nabi Adam. Ari Nabi Adam asal ti mana? Diterangkeun ku Hadist, asalna Nabi Adam teh tina aci Bumi-Seuneu-Cai-Angin. Ari aci Bumi-Seuneu-Cai-Angin asal ti mana? Diterangkeun ku Hadist asalna tina Nur Muhammad, cahya opat perkara :
1. Cahya Hideung hakekat Bumi
2. Cahya Bodas hakekat Cai
3. Cahya Koneng hakekat Angin
4. Cahya Beureum hakekat Seuneu

Ari Nur Muhammad asal ti mana? Eta oge diterangkun ku Hadist asalna tina Nurna Maha Suci, nyaeta tina Jauhar Awwal, tah semet eta buntu. Sabab geus diterangkeun ku Hadist jeung Qur’an, eta Jauhar Awwal teh bibitna tujuh Bumi tujuh Langit, saweruh eusina kabeh. Jadi, ana kitu ceuk dalil asal ti Allah nyaeta asal ti dinya tina Jauhar Awwal tea. Sifatna caang padang, nyaeta gulungna Dzat jeung Sifatna Maha Suci, kakara jeneng Asma Allah.
1. Cahya Beureum jadi hakekat lafad Alif
2. Cahya Koneng jadi hakekat lafad Lam awal
3. Cahya Bodas jadi hakekat lafad Lam akhir
4. Cahya Hideung jadi hakekat lafad He
5. Johar Awal jadi hakekatna Tasjid

Kitu katerangannana, jadi eta cahya nu kasebut di luhur teh nu disebut Ismudzat tea. Hartina Dzat laisa kamishlihi atawa Asmana nu Maha Suci, ceuk anu Ahli Padzikiran mah Latifah tea. Tah engke teh kudu bisa balik deui ka dinya, nu matak kacida wajib dikanyahokeunnana ti ayeuna. Geura susul tarekatna anu bisa miceun hijabna atawa pipindingna anu jadi moekan kana eta Dzat Sifatna Allah ta’ala, sing kapanggih jeung hakekatna Tasjid Muhammad, anu aya dina wujud pribadi. Tah eta kunci Muhammad anu bakal bisa ngaburak-barik hijabna ka Allah ta’ala. Upama kapanggih Insya Allah tangtu urang bisa nyumponan kana babasan Mulih ka Jati, Pulang ka Asal, nyaeta mulih ka jati teh, rasa jasmani anu ayeuna keur dipake balik deui kana rasa tadi keur waktu aya dina Nurullah (Jauhar Awwal). Ari pulang ka asal nyaeta jasmanina ngajadi asalna deui, nyaeta ngajadi Nur Muhammad cahya opat rupa deui, Beureum Koneng Bodas Hideung. Samangsa-mangsa balik ka asal, nya ngaranna sampurna hartina beak beresih beak rasana beak jasmanina.

Mimitina Mun Rek Neangan Pangeran

Aya dawuhanna Kangjeng Nabi Muhammad sholallohu alaihi wassalam :
Man tholaba maulana boghairi nafsihi faqad dolla dolaalan ba’ida
Sundana : Saha-saha manusa neangan Pangeran kaluar tina dirina sorangan, mangka temen-temen eta si jalma kasasar. Karana dina tekadna ngarasa jauhna jeung Allah ta’ala, padahal aya dalilna :

Wa nahnu aqrobbu ilaihi min hablil warid
Sundana : Aing geus teu aya antarana deui jeung maraneh sakabeh, sanajan diibaratkeun urat beuheung jeung beuheung maneh pribadi oge, masih keneh deukeut keneh maneh jeung Aing. Nu matak manusa leuwih dimulyakeunnana ku Allah ta’ala kapan ceuk Hadistna oge kieu :

Wa laqad karomma bani Adam
Sundana : Kami geus ngamulyakeun pisan ka anak putu Adam. Malah aya deui dalilna :
Laqad khalaqnal insaana fii ahsani taqwiim
Sundana : Manusa teh pang alus-alusna jeung pang aheng-ahengna kajadian ti sasama makhlukna Allah ta’ala. Geura lamun maneh geus nyaho kaayaan dina sajero diri maneh sorangan, tangtu engke ngarasa kaahengannana nu aya di badan sorangan.
Aya deui dawuhannana Kangjeng Nabi Muhammad sholallohu alihi wassalam :

Man ‘arofa nafsahu faqad ‘arofa robbahu
Sundana : Saha-saha anu geus nyaho ka dirina sorangan geus tangtu nyaho ka Pangerannana.

Wa man ‘arofa robbahu faqad jahilan nafsahu
Sundana : Jeung saha-saha anu geus nyaho ka Pageran, tangtu ngarasa bodo dirina, karana tangtu kaharti si jasad moal bisa usik malik lamun teu di daya upayakeun ku Pangerannana.
Sidik ieu Si jasad teh jadi rokrakna, anu matak urang kudu ngaji teh ulah ngaji kitab anu keuna ku ruksak bae, tapi kudu ngaji kitab anu langgeng kapan ceuk Hadist oge kieu :
Iqra kitabaka kafa binafsika alyauma ‘alaika hasiba
Sundana : Maneh kudu ngaji kitab anu langgeng, nyaeta kudu ngaji kitab langgeng anu aya dina diri maneh sorangan, geura teangan Qudrat Iradatna Pangeran dina diri sorangan, karana leuwih nyata kakawasaannana Pangeran teh dina diri sorangan, jeung leuwih nyata hirupna Pangeran teh dina diri sorangan, jeung leuwih nyata tingalina Pangeran teh dina diri sorangan, jeung leuwih nyata danguna Pangeran teh dina diri sorangan, sarta leuwih nyata pangandikana Pangeran teh dina diri sorangan, karana ceuk dalilna :

Wa huwa ma’akum ainama kuntum
Sundana : Allah ta’ala teh ngabarengan bae ka umat-umat sakabeh, dimana bae maneh aya, di dinya Aing aya, tapi sategesna ngaran dibarengan ku Allah ta’ala teh nyaeta, ku Qudrat Iradatna jeung ku Ilmuna, kapan sidik dina sifat dua puluh oge geus ngarangkep-rangkep sapert :

Hayat jeung Hayan
Hayat hartina Hirup
Hayan hartina Nu hirup
Sama jeung Sami’an
Sama hartina Dangu
Sami’an hartina Nu ngadangu
Bashar jeung Bashiran
Bashar hartina Ningali
Bashiran hartina Nu ningali
Kalam jeung Mutakalliman
Kalam hartina Ngucap
Mutakalliman hartina Nu ngucap
Qudrat jeung Iradat
Qudrat hartina Kawasa
Iradat hartina Keresa

Naon nu kawasa di diri urang teh? Teu aya deui lian ti Hirup, buktina gening bisa usik.
Iradat hartina Keresa, nyaeta buktina :
Panon bisa ningali
Cepil bisa ngadangu
Baham bisa nyarita
Pangambung bisa ngangseu
Tuh gening bukti, sidik teu pisahna teh, ayeuna mah atuh ngan kari neangan barangna bae, siga naon sifatna Qudrat atawa sifat Hirup teh? Wajib pisan kapanggihna supaya bisa kaharti jeung karasana, ulah percaya ceuk beja kudu nyaho ceuk sorangan.

Nerangkeun Hartina Iman jeung Ma’rifatna
(Iman hartina Percaya – Ma’rifat hartina Nyaho)

geuning beda Iman jeung Ma’rifat teh, ana kitu atuh urang percaya ayana Allah ta’ala teh kudu jeung nyahona (ma’rifat) upama mun teu jeung sidikna mah tangtu Imanna Iman Taqlid, jadi ngakuna percaya ayana Allah ta’ala teh ceuk beja ti batur, atawa meunang beja ti kitab bae. Jadi anu kitu faham teh meh sarerea. Iman ka Allah teh semet percaya kana ayana bae, pedah aya dadamelanna Bumi jeung Langit. Atuh ana kitu mah sumawonna nu nyekelan Agama Islam, kapan anu nyekelan Agama sejen-sejen oge pada percaya kana ayana Allah ta’ala mah, atuh naon bedana Agama Islam jeung Agama-agama sejen? Pedah eta kitu Agama Islam mah aya rukuna, Syahadat, Shalat, Zakat, Puasa, Munggah Haji? Kapan dina Agama sejen oge aya Syahadatna , pada aya Sholatna, ngan beda pertingkahna jeung basana wungkul, maksudna tangtu sarua. Kapan tadi Agama Islam teh pang luhung-luhungna ti Agama-agama nu sejen da kapan kieu dalilna oge :

Al insaanu sirri wa anna sirruhu
Sundana : Rasa Muhammad teh nya rasa Allah, Allah Haqna Muhammad. Tah kitu, anu matak Agama Islam disebut pang luhur-luhurna teh, lantaran pang parek-parekna ka Allah ta’ala, moal aya allah lamun teu aya Muhammad, moal aya Muhammad lamun teu aya Allah. Sategesna moal aya Sifat lamun teu aya Dzat, moal aya Dzat lamun teu aya sifat. Anu matak Kangjeng Rasulullah disebat Panguluna Rasul, jeung disebut Babuning Roh sakabeh, jadi Agama Islam pang disebat luhurna teh, nyaeta ku sabab aya haq ma’rifat ka Allah ta’ala. Kapan bukti Mi’raj, barang beh dieuna mah Kangjeng Gusti Syarif Hidayatullha Wali Kutub Cirebon, Mi’rajna teh tiasa tepang sareng hakekatna Kangjeng Nabi Muhammad sholallohu alaihi wassalam, nyaeta anu kasebut Jauhar Awwal tea, tegesna sifat nu Maha Suci. Saur para Wali mah Sajatining Hirup atawa Sajatining Syahadat, nyaeta gulungna Dzat jeung Sifatna Maha Suci. Jadi, sanajan urang oge upama bisa kapanggih mah jeung Tarekat Wali, Insya Allah bisa tepang sareng Hakekatna Rasulullah. Samangsa-mangsa geus bisa tepung jeung Hakekatna Rasulullah, kakara urang diaku umatna. Samangsa-mangsa geus diaku umat Rasulullah, Insya Allah engke bakal dicandak kana kasalametan Anjeuna, nyaeta kana Kasucian. Upama teu acan kana hakekatna, tetep teu acan syah urang ngaku jadi umat Rasulullah teh, karana dina rukun syahna maca Syahadat oge geus diterangkeun dina kitab :
1. Kudu netepkeun heula Dzatna Allah ta’ala
2. Kudu netepkeun heula Sifatna Allah ta’ala
3. Kudu netepkeun heula Asmana Allah ta’ala
4. Kudu Sidik heula ka Rasulullah

Tah gening kitu maca Syahadat teh, gening kudu sidik heula ka Rasulullah, sabab kumaha bisa netepkeun ayana Allah jeung Rasulullah, upama teu acan nyaho (ma’rifat) kana sifat-sifatna. Sabab, bisa netepkeun teh, kudu puguh heula barang-barangna anu ditetepkeunnana. Gening kitu satemen-temenna maca Kalimah Syahadat teh, lain darapon nyebat bae, karana ari darapon nyebut bae mah, budak lembut oge pada bisa. Nu matak wajib jeung nyahona, sabab upama teu jeung nyahona mah, ibarat maca programma bioscoop anu rame, tapi teu jeung lalajona, naha jadi kani’matan ka urang? Kitu deui sanajan teu maca programmana, tapi lalajo datang kana tempatna eta bioscoop, naha utama mana? Utama anu maca programmana tawa utama nu lalajona?
Kitu deui dina bab Agama (Ilmu), nu ngaos atawa nu ngadangukeun kana ieu kitab, ulah gancang percaya, ulah gancang ngalain-lain, karana ieu zaman geus alur, pikiran jalma geus naraek, geus teu pati hayangeun dibobodo. Jalma ayeuna mah dina sagala rupa hayang karasa hayang yakin, sing inget kana babasan kolot baheula, Batu turun Keusik naek, teu halangan mungguhing kawenangan Allah, Si kolot jadi bodo, Si budak jadi pinter, jeung kudu inget mungguh Ilmuna Rasulullah teh aya opat pangkat, nyaeta :
1. Ilmu Sare’at
2. Ilmu Tarekat
3. Ilmu Hakekat
4. Ilmu Ma’rifat

Dina zaman ayeuna mah ilmu ma’rifat anu diarudag-udag teh, hayang sidik ka Allah ka Rasulullah, da bongan aya dalil :

Wa‘bud robbaka hatta ya’tiyakal yaqiin
Sundana : Nyembah ka Allah teh kudu sidik sarta yakin supaya syah Dzatna, syah Sifatna, syah Asmana, syah Af’alna. Enggoning ngumbara di alam dunya teh, sing tepi ka ngarasana teu papisah jeung Allah jeung Rasulullah. Samangsa-mangsa geus teu ngarasa pisahna jeung Allah jeung Rasulullah beurang peuting, sugan piraku urang rek goreng tekad, goreng laku saperti sirik pidik, jail kaniaya ka sasama makhluk, karana tangtu ngarasa isinna, lantaran ngarasa di poconghok beurang kalawan peuting ku Pangeran. Sagala hal moal disumput salindungkeun deui, jeung sagala hal kalakuan naon bae, moal make Ujub Takabur Riya, karana ngarasa geuning diri urang teh Hina Bodo Do’if. Bisa soteh jadi aya rizki pagawean bisa jadi, sihoreng kalawan pitulungna nu Maha Suci, nyaeta Qudrat Iradatna anu Kawasa.

Jadi ayeuna oge bisa ditetepkeun, samangsa-mangsa jalma make keneh kalakuan Sirik Pidik Jail Kaniaya ka sasama makhlukna Allah ta’ala, boh dinu Ma’siat, boh di Lebe, boh di Santri, boh di Kyai pisan, ciri-ciri eta jalma tacan ngarasa deukeutna jeung Rasulullah sumawonna jeung Allah ta’ala. Samangsa-mangsa teu ngarasa deukeutna jeung Pangeran, tangtu laku jeung tekadna cicing dina Ujub Riya Takabur, sok ngaku aing pinter teu deungeun, ngaku bener aing teu deungeun, ngaku bisa ngaji aing teu deungeun, ngaku Islam aing teu deungeun. Jadi jalma kitu teh ngaku boga Qudrat Iradatna sorangan bae, teu narima kana Qudrat Iradatna Pangeran. Jadi ngarebut atawa mapadani kana kakawasaannana Allah ta’ala. Kapan teu gampang urang ngaku Islam, sumawonna taduh-tuduh ka batur, Si itu Islam Si itu Kafir. Karana Islam Kafir anging Gusti Allah anu uninga jeung nu baris netepkeunnan, kieu katerangannana :

BAB ISLAM

Ari tegesna Islam teh Suci, beresih tina sagala kokotor, naon anu ngajadikeun kokotor? Teu aya lian anging nafsu. Ku sabab eta saha bae jalmana di dunya nu teu boga nafsu? Sumawona di nu jalan ma’siat, sanajan dinu ahli Agama oge pada katetepan nafsu, komo deui anu make sirik pidik ujub riya takabur, sanajan nafsu hayang ka dunya oge geus kotor bae. Kieu katerangannana.

Sategesna Islam teh teu dua teu tilu, estu ngan hiji-hijina, malah keur sahiji teh Gaib. Nyaeta sategesna sifatna Islam teh Nur, tah eta anu teu katetepan nafsu teh, sabab tadi gening urang keur aya dina Allah Nur mah teu boga nafsu hayang nanaon. Kitu deui anu Islamna oge teu dua teu tilu, da ngan sahiji-hijina, nyaeta Kangjeng Rasulullah. Tuh gening jalma mah teu kabagean pangkat Islam, jalma mah ngan ukur jadi umat, sabab kudu nyaho heula ka Rasulullah jeung ngalakonan kana parentahna. Lolobana mah ngan ngaku-ngaku wungkul, sumawonna nyaho ka Rasulullah, kana parentahna oge loba anu teu ngalakonan. Kapan dina rukun Islam oge diwajibkeun jarah ka Madinah ka Pakuburannana Rasulullah, jeung ka Baetullah, hakekatna kudu terang kana hakekatna Rasulullah jeung Karatonna Allah ta’ala nu aya di diri sorangan, kapan aya dalilna :

Kullu ummatin wa rusulili
Sundana : Dina sakabeh pada katetepan Rasulullah, hartina rasana Allah.
Ku sabab eta perlu urang panasaran, wajib nganyahokeunnana kana hakekat Rasulullah nu aya di badan sorangan. Peupeuriheun jarah ka Mekah ka Madinah teu bisa, kapan tadi ge aya dua rupa Munggah Haji teh, Haji Majaji jeung Haji Hakeki.
Haji Majaji nyaeta anu bisa jarah ja Baetullah jeung ka Madinah.
Haji Hakeki nyaeta anu geus nganyahokeun kana hakekatna Baetullah jeung Rasulullah dina diri sorangan, karana rasulullah teu pupus. Upama pupus mah alam dunya ge moal aya, kapan gening Kangjeng Gusti Syarif Hidayat oge tiasa tepang di jalan tarekat. Jadi sanajan urang oge upama hayang jadi umat Rasulullah kudu bisa nyaho kana hakekatna Rasulullah nu kasebut Johar Awal tea. Sing kapanggih jeung tarekatna leleberannana tina para Wali.

NERANGKEUN UMAT RASULULLAH

Ari umat Rasulullah teh haq-haqna mah ngan aya opat, nyaeta :
1. Sahabat Abu Bakar Sidiq, Radiallohu Anhu
2. Sahabat Umar Bin Khatab, Radiallohu Anhu
3. Sahabat Usman Bin ‘Affan, Radiallohu Anhu
4. Sahabat ‘Ali Bin Abi Thalib, Karomallohu Wajhah
Sabab eta anu opat nu sagalang sagulung beurang peuting jeung Rasulullah, sarta didamel Sahabat (utusannana Rasulullah), tapi ayeuna sarerea oge meureun terang yen eta Sahabat anu opat teh geus parupus majajina mah, tapi hakekatna mah teu pupus, aya di badan manusa, kapan Rasulullah oge hakekatna oge aya di manusa.
1. Hakekat Abu Bakar nyatana Paningal
2. Hakekat Umar nyatana Pangdangu
3. Hakekat Usman nyatana Pangucap
4. Hakekat ‘Ali nyatana Pangangseu

Eta Paningal-Pangdangu-Pangucap-Pangangseu teh gaib kabeh teu aya rupana. Teh eta hakekatna Sahabat teh, anu matak eta Sahabat anu opat teh kudu nganyahokeun kana hakekatna Kangjeng Nabi Muhammad Sholallohu ‘alaihi wassalam, jeung kudu jadi hiji sing bisa ngarasa babarengannana beurang peuting jeung Rasulullah. Samangsa-mangsa geus teu ngarasa papisahna jeung Rasulullah, tetep jadi umatna. Tiap-tiap geus jadi umatna tangtu engke bakal disampurnakeunnana, didatangkeun ka Gusti Maha Suci (asalna), upama teu nyaho ayeuna mah ka Rasulullah sarta teu ngarasa ngahijina engkena oge pipisahan bae, nyawa urang moal salah deui tangtu balik deui ka dunya marakayangan jadi Jurig, Setan, Siluman atawa nitis-menitisna deui ka jalma atawa ka sato. Samangsa-mangsa nyawa manusa balik deui ka dunya tetep bakal cilaka asup ka Naraka, engke dina Kiamatna ieu alam dunya, karana ayeuna nyawa-nyawa manusa anu marakayangan tegesna teu bisa balik ka Allah. Ceuk basa ayeuna mah keur di Preventief, aya di alam Barjah tunggu-tunggu Landraad, engke inget bakal aya landratan nu leuwih gede dina Walyaumil Akhiri (kiamatna ieu alam dunya).

NERANGKEUN RUKUN IMAN ANU KAGENEPNA NYAETA
Wal qodri khairihi wasirrihi minallohi ta’ala

Sundana : Untung ala untung becik papasten ti Allah ta’ala atawa hade goreng ti Allah ta’ala.
Lebah dieu urang percayana teh ulah kaliru, kudu dipikir dilenyepan karana tadi Gusti Allah teh sifat Maha Suci. Piraku anu suci make bakal nyiksa, make bakal ngaganjar engke di Akherat, jadi ana kitu mah Gusti Allah ngadamelna manusa teh ngalap faedah, kersana rek ngaganjar jeung rek nyiksa. Lamun kitu mah moal tulus sucina Allah ta’ala teh, tapi urang kudu percaya kana dalil, urang kudu percaya kana ayana Sawarga Naraka atawa ngeunah teu ngeunah engke di Akherat, karana ayeuna ge di dunya kembangna geus karasa. Aya ngeunah jeung teu ngeunah, tapi Sawarga Naraka teh lain ti Allah tapi sategesna tina tekad ucap jeung pamolah urang keur waktu di dunya, sabab tadi Gusti Allah ngadamelna manusa teh sakali jadi, henteu nungtutan deui, geus Kun fayaakun breg sama sakali cukup teu aya kakurangannana. Tapi maparin cukup teh nyaeta maparin parabotna wungkul, naon parabot ti Allah ta’ala teh? Nyaeta anggahota saperti leungeun dua, suku dua, panon dua, ceuli dua, irung, baham jeung nafsu anu opat perkara (Amarah, Loamah, Sawiyah, Mutmainna). Kieu dawuhannana Allah ta’ala lamun maneh hayang ka Naraka tegesna hayang kana teu ngeunah, prak bae migawe ‘ala, nyaeta migawe kalakuan anu goreng, da kapan geus sadia parabotna ti Aing, aya Amarah Lowamah Sawiyah. Kitu deui lamun maneh hayang ka Sawarga tegesna kana kangeunahan, pek bae geura migawe becik, hartina migawe kalakuan anu hade, da kapan geus sadia parabotna ti Aing nyaeta nafsu Mutmainnah. Tah kitu sategesna mah pang aya Sawarga Naraka di dunya sumawona di Akherat oge, beunang nyieun tina tekad jeung pamolah urang waktu keur di dunya, kitu deui beubeunangannana oge moal keur batur, tetep keur milik sorangan, ti dunya nepi ka Akherat.

Jadi ku sabab eta ayeuna urang sarerea mangka ati-ati enggoning ngajalankeun parabot ti Gusti Allah teh. Kudu make budi jeung pamilih anu cukup, ulah rek ngagunakeun teuing parabot Amarah Lowamah Sawiah, kilangbara ari teu dipake pisan mah, atuh ulah loba-loba teuing, sakurang-sakurangna sing sama timbang jeung ngagunakeun parabot Mutmainnah. Karana sing awas, eta beubeunangan tina pagawean urang teh engke di Akherat ku Gusti Allah bakal ditetepkeun, sabeunang-beunangna tina pagawean urang ti pangumbaraan nyaeta di alam dunya, saboga-bogana moal pahili deui.
Kumaha atuh akalna supaya urang bisa ngalobakeun parabot Mutmainnah? Teu aya deui akalna lian ti urang kudu bisa nyalindung ka Allah ka Rasulullah, tegesna ku ma’rifat, tiap-tiap geus ma’rifat tangtu bisa ngarasa babarenganna beurang jeung peuting jeung Allah jeung Rasulullah. Tiap-tiap geus ngarasa teu pisah, Insya Allah bisa hade, ibadahna kalawan syah Nagara ge tangtu aman.

NERANGKEUN PASAL QUR’AN

Ari Qur’an teh aya opat perkara :
1. Qur’anul Majid
2. Qur’anul Karim
3. Qur’anul Hakim
4. Qur’anul ‘Adzim
Ieu Qur’an anu opat perkara disurahannana ku sahiji Ajengan kieu :
1. Qur’anul Majid, nyaeta Qur’an anu aya hurufna nu umum sok diaraji ku kaom Islam sadunya.
2. Qur’anul Karim, hartina Qur’an anu mulya, buktina nyaeta keneh bae Qur’an anu aya tulisannana, karana eta anu dimulyakeun ku kaom Islam saalam dunya.
3. Qur’anul Hakim, hartina Qur’an anu agung disebatkeun barangna eta keneh bae, Qur’an anu sok dibaraca, sabab eta anu diaragungkeun ku kaom Islam saalam dunya.
4. Qur’anul ‘Adzim, hartina Qur’an anu suci jeung langgeng, dituduh eta keneh bae buktina mahQur’an anu aya tulisannana, karana eta anu suci jeung langgeng hukumannana ti dunya nepi ka Akherat.

Tah kitu eta Qur’an anu opat perkara teh, disurahannana kunu Ahli Syara, jadi borong bae kajeun aya opat ngaranna, barangna mah eta-eta keneh bae.
Jadi ana kitu eta Qur’an tulisan teh dianggap Tapekong, karana kapan sidik Qur’an eta mah beunang nulis manusa, naha disebutkeun Qur’an anu mulya, anu agung, anu suci anu langgeng, kapan sidik Qur’an tutulisan mah keuna ku ruksak, jadi lamun kaom Islam keukeuh boga patekadan kitu, atuh teu beda jeung Agama Cina, sesembahannana Migustina kana barang anyar, turug-turug nu nyieunna oge nu anyar.
Ku sabab kitu muga dulur-dulur kaom Islam ulah kaliru, kieu ayeuna dihandap ku jisim kuring rek diterangkeun pasal eta Qur’an anu opat perkara teh.
1. Qur’anul Majid, eta mah cocog barangna, nyaet Qur’an majaji anu bukti aya hurufna, umum sok dibaraca ku sarerea kaom Islam.
2. Qur’anul Karim, hartina Qur’an anu Mulya, sategesna anu ngaran Qur’anul Karim teh buktina Panangan katut Ramo, karana kapan sidik jolna eta aksara teh tina Tangan jeung Ramo, jadi sategesna anu mulya teh nyaeta Panangan katut Ramona anu mimiti ngadamel eta Qur’an, cik saha anu ngayakeun eta Qur’an? Piraku teu kaharti, tah eta anu Mulya teh.
3. Qur’anul Hakim, hartina Qur’an anu Agung, nyaeta buktina teh Paningal, karana Panangan Ramo moal bisa nulis upama teu aya Paningal, jadi sateges-tegesna nu agung teh nyaeta Paningalna anu mimiti ngayakeun eta Qur’an.
4. Qur’anul ‘Adzim, hartina Qur’an Suci jeung Langgeng, nyaeta buktina Hirup, karana Paningal Tangan jeung Ramo moal bisa ngajadikeun upama teu aya Hirup, jadi sateges-tegesna anu suci jeung nu langgeng teh Hirupna nu mimiti ngayakeun eta Qur’an.
Ku sabab kitu urang oge ayeuna ngaji teh, lamun hayang tepi kana sucina lamun hayang tepi kana sampurnana. Eta Qur’an anu opat perkara teh, kudu diaji kabeh. Mimiti urang kudu daek maca Qur’anul Majid, nyaeta Qur’an majaji anu aya hurufna, tah eta bagian ilmu sare’at, sanggeus dibaca kudu terus diaji, nyaeta kudu dihartikeun pimaksudeunnana, sanggeus kaharti pimaksudeunnana, geura teangan jeung pigawe tarekatna sangkan karasa, sabab eta Qur’annul Majid teh tuduh jalan pikeun nganyahokeun ka Allah ka Rasulullah, jalanna teu aya deui lian ku tarekat, nyaeta Qur’annul Karim, hartina kudu ngaji pagawean tangan jeung ramo urang anu sakira bakal tepi ka Allah ka Rasulullah. Karana Gusti Allah maparin leungeun jeung ramo ka manusa teh, lain kudu dipake ngajadikeun kana barang dunya anu keuna ku ruksak bae, tapi jeung kudu dipake ngajadikeun jalan keur nganyahokeun ka Allah ka Rasulullah, supaya tangan jeung ramo urang teh jadi Mulya, karana aya dalilna :

Asho biahum fii adzaanihim minasshowaiki
hadzarol mauti walahu muhitun bil kaafiriin
Kieu pisundaeunnana : Lamun tangan jeung ramo maneh teu dipake nyieun jalan maot, tetep tangan jeung ramo maneh martabat ramo hewan, kafir tetep bakal ka Naraka.
Tina Qur’anul Karim kudu naek deui kana Qur’anul Hakim bagian hakekat, nyaeta kudu ngaji pagawean paningal urang anu sakira bakal hakim tegesna kana barang langgeng tea, nyaeta kana hakekatna Allah jeung Muhammad, karana Gusti Allah maparin awas paningal ka manusa teh lain bae kudu dipake kana ngawaskeun barang anyar anu keuna ku ruksak bae, tapi jeung kudu dipake ngawaskeun kana hakekat Allah jeung Rasulullah, nyaeta anu kasebat Qur’anul ‘Adzim anu langgeng tea atawa sifatna hirup, bibitna tujuh bumi tujuh langit sarawuh eusina kabeh. Tah didinya urang oge asalna jadi sategesna ngaran ma’rifat ka Allah teh nyaeta anu geus nyaho kalawan Hakim kana hakekat Allah jeung Muhammad tegesna Jauhar Awwal. Tapi mangkade kaliru,bisi netepkeun Jauhar Awwal teh kana caangna Panonpoe anu katingal ku panon kapala, eta mah Jauhar Firid bagian Sawarga Loka (Dewa), tempatna di Gunung Himalaya. Perkara Johar Awal sajati mah nyaeta anu kasebut Johar Latif, tegesna gaib moal bisa katingal ku panon kapala, ceuk dalilna kieu :

Ru’yatullaahi ta’ala fii dunya bi’ainil qalbi
Hartina : Ningali hakekatna Allah ta’ala di dunya ku awasna ati, tegesna ku hakekatna Rasulullah, sabab sifat jalma mah moal aya anu bisa ma’rifat ka dinya, karana jelema mah ngan ukur dipake tempat ningalina Rasulullah ka Allah ta’ala. Samangsa-mangsa wujud geus bisa dipake tempat ningalina Rasulullah ka Allah ta’ala, tangtu ramo urang bisa nyaritakeun yen geus ngaku nyaho ka Allah ta’ala, lantaran geus dibejaan (dipasihan terang) ku Rasulullah, jadi urang mah kabawa nyaho kabawa ni’mat ku Rasulullah, ti dunya nepi ka Akherat, moal sulaya deui sabab geus tetep jadi umatna Rasulullah. Karana ti ayeuna oge geus teu ngarasa pisahna jeung Rasulullah, lantaran wujud teh beurang jeung peuting dianggo bae tempat ku Rasulullah ningali ka Allah ta’ala. Samangsa-mangsa geus ngarasa babarengan beurang peuting jeung nu suci, Insya Allah tekad jeung laku teh lila-lila kabawa suci. Setan-setan ge moal dareukeut, tapi kitu soteh nu ma’rifat kalawan tauhidna, ari teu jeung tauhidna mah sulaya bae, sanajan geus boga tarekatna. Teu ngarasa sieun teu ngarasa isin, jongjon bae tekad jeung lakuna sakama-kama, jadi nu kitu teh ma’rifatna, ma’rifatna Mikung, tangtu di dunyana ge moal meunang safa’at ti Rasulullah, di dunyana moal lepot ti kasusah, kabendon ku nu Maha Suci. Ibarat lampu dikurungan ku semprong anu kotor geus tangtu kaluarna oge poek, da kudu suci pasuci-suci, suci eusina, suci cangkangna, kakara jadi, di dunyana moal lepot tina kani’matan, di Akherat pon kitu deui.

Ku sabab eta poma pisan dulur-dulur anu geus boga jalan ka-ma’rifatan , tekad jeung laku goreng teh kudu dijaga bener-bener, ulah darapon nyaho bae, tapi kudu jeung dibarengan ku lakuna jeung tekadna anu hade, sabab lamun urang ngalakonan pagawean ma’siat ngalanggar hukum Syara, tangtu urang gancang dibendonna ku Maha Suci langkung beurat, hukuman bongan nyaho, beda deui jeung nu tacan nyaho, saperti di dunya oge, upama urang Kampung maling hayam, dihukumna ngan ukur di denda atawa di bui saminggu, coba lamun Wadana maling hayam hiji, tangtu leuwih beurat hukumannana, jaba ti leupas pangkatna teh, jeung bari dihukum tikel dua tilu ti si Kampung tadi. Hukuman bongan geus nyaho kana artikalna, komo anu geus nyaho ka Allah ta’ala mah, sing inget perjangjian Guru Mursyid (Guru nu geus inkisaf ka Pangeran) ibadah babarengan doraka pipisahan.

AYEUNA NERANGKEUN MARTABAT ALAM TUJUH
(Nganggo rucatan engangna kecap)

1. Alam Ahadiyat huruf Al
2. Alam Wahdat huruf lah
3. Alam Wahidiyat huruf Mu
4. Alam Arwah huruf ham
5. Alam Ajsam huruf mad
6. Alam Misal huruf A
7. Alam Insan Kamil huruf dam

Buktina alam dunya ge eusina ngan tujuh poe, hakekatna nyaeta alam nu kasebat diluhur, tegesna alam tujuh teh lalakon Allah-Muhammad-Adam, ku sabab eta wajib dikanyahokeunnana ku sarerea. Upama urang arek nyusul kana asal. Sabab lamun teu dikanyahokeun ti ayeuna jalan-jalanna jeung barang-barangna, atuh tangtu bakal sasab, moal bisa balik deui kana asal, sabab teu kapanggih deui jeung jalanna waktu tadi turun-turunna ti Akherat ka alam dunya.
Ayeuna eta martabat alam tujuh teh, ku jisim kuring rek diterangkeun sarta make ibarat kalawan dibuktikeun ku gambar, supaya gampang dihartoskeunnana.




Gambar Martabat Alam Tujuh

Tafsirna

A. Nyaeta alam Ahadiyat, martabat nu Maha Suci, dalilna Dzat Laisa Kamishlihi, hartina dzat anu teu aya upama.
Bakat kumaha atuh matak teu beunang diupamakeun? Naha bakating ku kawasana? Atawa bakating ku agungna? Atawa bakating ku hiji-hijina?
Upama bakating ku kawasa, na kapan dina zaman eta mah teu acan aya dadamelannana, karana ngaran kawasa teh kudu bukti heula nu didamelna. Kapan dina dina alam Ahadiyat mah sumawona manusa, Akherat jeung alam dunya ge tacan aya.
Upama bakating ku agungna, da tacan aya nu hina dina di alam Ahadiyat mah, karana aya basa agung teh saenggeusna aya anu hina.
Upama bakating ku hiji-hijina, da kapan teu acan aya dua zaman eta mah, sabab ari hiji teh saenggeusna aya nu loba.

Kumaha atuh pihartieunnana? Supaya eta dalil Dzat laisa kamishlihi teh jadi uni? Kieu upama mufakat mah. Nu matak alam Ahadiyat disebut dalil Dzat laisa kamishlihi, hartina dzat anu teu aya upama, sategesna nyaeta bakating ku suci, hartina beresih teu aya sifat-sifat acan sumawonna jenengannana. Naha rek diupamakeun jeung naon upama teu aya sifatna? Sabab disaksian deui ku dalil nu Maha Suci teh Bilaa Haifin, hartina teu warna teu rupa, teu beureum teu hideung, teu poek teu caang, Bilaa Makanin, hartina teu arah teu engon, teu di kulon teu di wetan, teu di kaler teu di kidul, teu di luhur teu di handap, tah kitu katerangannana, nu matak nu Maha Suci teu beunang diupama-upama, sumawonna di engon-engon, dituduh diditu didieu, lantaran kaburu lain sabab kahalangan ku bukti.

B. Alam Wahdzat martabat sifatna nu Maha Suci. Jadi dina alam Wahdzat mah nu Dzat Laisa teh jadi Dzat Sifat, rupana caang padang, nyaeta nu kasebut Jauhar Awwal. Jauhar hartina Cahya, Awwal hartina mimiti. Jadi nya eta nu pangheula-heulana aya samemeh Bumi jeung Langit, sumawonna manusa. Tah eta Johar Awal teh nu kasebut hakekat Muhammad tea, kapan ceuk Hadist oge Muhamad teh awal-awalna pisan, sabab Johar Awal teh Nur, tegesna cahyana nu Maha Suci. Malah ceuk para Wali mah Sagara Hirup atawa Sajatining Syahadat, karana gulungna Dzat jeung Sifat atawa Allah jeung Muhammad dina hakekat.

C. Alam Wahidiyat, martabat Asmana nu Maha Suci, kajadian tina Jauhar Awwal alam Wahdzat tadi bijil deui sorotna jadi cahaya opat rupa nyaeta
 Narun cahya Beureum
 Hawaun cahya Koneng
 Maun cahya Bodas
 Turobun cahya Hideung
Jadi eta cahya anu opat perkara teh, nu disebut Nur Muhammad, ari Muhammadna mah di Johar Awal, barang eta Nur Muhammad cahya opat perkara teh. Disebutna Hakekat Adam, nyaeta Asmana nu Maha Suci.
 Cahya nu beureum hakekatna lafad Alif
 Cahya nu Koneng hakekatna lafad Lam Awal
 Cahya nu Bodas hakekatna lafad Lam Akhir
 Cahya nu Hideung hakekatna lafad He
 Jauhar Awwal jadi hakekatna lafad Tasjid

Sare’atna jadi lafad Allah, jadi eta cahya nu kasebut di luhur teh, nu ngajadikeun bibit tujuh Bumi tujuh Langit sarawuh eusina kabeh, sanajan Agama oge ti dinya bae.
 Ayana Syahadat nyaeta ku ayana Johar Awal
 Ayana Sholat nyaeta ku ayana Cahya Beureum
 Ayana Zakat nyaeta ku ayana Cahya Koneng
 Ayana Puasa nyaeta ku ayana Cahya Bodas
 Ayana Munggah Haji nyaeta ku ayana Cahya Hideung

Sanajan waktu oge aya 5 waktu
 Shubuh bagian Nabi Adam
 Lohor bagian Nabi Nuh
 Asyar bagian Nabi Ibrahim
 Maghrib bagian Nabi Musa
 Isya bagian Nabi Isya

Pertingkahna Sembahiyang oge 5 perkara
 Nangtung
 Takbiratul Ikhram
 Ruku
 Sujud
 Lungguh

Sahabat oge aya 4 ka 5 Kangjeng Nabi
 Sahabat Abu Bakar Ash-Sihidiq
 Sahabat Umar bin Khatab
 Sahabat Usman bin Affan
 Sahabat Ali bin Abi Thalib
 Kangjeng Rasulullah

Di Mekah aya Imam 4 ka 5 Baitullah
 Iman Syafi’i
 Imam Hanafi
 Imam Hambali
 Imam Maliki
 Baitullah

Tah gening sidik kabeh oge tina Asmana Allah, Hakekatna nyaeta Nur Muhammad, cahya 4 perkara kalima Jauhar Awwal.

D. Alam Arwah, martabat Af’alna nu Maha Suci, nyaeta Af’alna Allah ta’ala ngajadikeun ieu alam dunya. Kieu ceuk ilmu akal mah ngadamelna teh.
Ibarat dina Bioskop mah nyaeta Istijradna bangsa Walanda, alam Wahdat nyaeta Johar Awal teh lir ibarat listrikna, ari Nur Muhammad Alam Wahidiat ibarat kacana.
 Narun teh ibarat Kaca Beureum
 Hawaun teh ibarat Kaca Koneng
 Maun teh ibarat Kaca Bodas
 Turobun teh ibarat Kaca Hideung
Barang eta kaca anu opat rupa disorot ku Johar Awal, kajadian bijil kalangkangna.
 Tina Kaca Beureum jadi Seuneu Alam Dunya
 Tina Kaca Koneng jadi Angin Alam Dunya
 Tina Kaca Bodas jadi Cai Alam Dunya
 Tina Kaca Hideung jadi Bumi Alam Dunya
Ku kawasa-kawasa Allah ta’ala bleg bae jadi ieu alam dunya, nyaeta Jagat Kabir, jadi sategesna alam dunya teh kajadian tina Nur Muhammad.

E. Alam Ajsam, martabat manusa. Sanggeusna ngadeg ieu alam dunya, Gusti nu Maha Suci bade ngersakeun deui nyitakeun alam majaji, terus nimbalan Malaikat, miwarang turun ka alam dunya, kudu nyokot aci seuneu, aci angin, aci cai, aci bumi. Gancangna geus beunang eta aci-aci nu opat perkara teh terus didamel .
 Aci Bumi kajadian kulit bulu Adam
 Aci Seuneu kajadian Getih daging Adam
 Aci Cai kajadian urat balung Adam
 Aci Angin kajadian otot sungsum Adam
Ku kawasana Allah ta’ala, jleg bae jadi dalil Muhammad, Mim-He-Mim-Dal, nyaeta :
 Cahya nu hideung jadi hakekat lafad Mim Awal
 Cahya nu Bodas jadi hakekat lafad He
 Cahya nu Koneng jadi hakekat lafad Mim Akhir
 Cahya nu Beureum jadi hakekat lafad Dal
 Johar Awal jadi hakekat lafad Tasjid
Sare’atna nya jadi lafad Muhammad atawa sabalikna tina lafad Allah.
 Mim Awal lafad Muhammad sategesna Sirah
 He lafad Muhammad sategesna Dada
 Mim Akhir lafad Muhammad sategesna Udel
 Dal lafad Muhammad sategesna Suku

Tapi teu acan bisa usik malik, ngagoler saperti Golek, gancang terus diliangan opat liang, nyaeta di Panonan, di Cepilan, di Pangambungan, di Bahaman. Terus eta liang diasupan ku sorotna Nur Muhammad, kajadian bisa usik malik eta Adam atawa Jagat Shagir teh. Jadi sidik pisan ayeuna oge hirupna manusa teh sare’atna ku ayana cahya, kitu deui maotna manusa teh ku teu ayana cahya. Samangsa-mangsa geus teu aya cahyana Si Jasad atawa Jagat Shagir, geus teu aya kakuatannana, buktina gancang buruk.

Kitu deui ieu oge Jagat Kabir, nyaeta alam dunya pang kuatna teh, ku diangliputi ku sorotna Nur Muhammad, jadi moal salah deui engke oge kiamatna ieu Jagat Kabir (alam dunya) saperti manusa (Jagat Shagir) bae, dicandak deui cahyana, nyaeta Panonpoe Bulan Bentang, tangtu bae ieu alam dunya ruksak, atuh tinggal naonna? Tina Bumi tinggal poekna, Seuneu tinggal panasna, Cai tinggal tiisna, Angin tinggal hawana. Saha anu bakal nyicingan eta Naraka? Teu aya deui anu bakal nyicingan teh nyaeta Idajil La’natullah tea, sakanca-kancana sakur nyawa manusa anu henteu barisa balik deui ka Allah ta’ala. Sabab keur di dunyana beunang ku panggoda Setan, lantaran teu Iman ka Allah ka Rasulullah.
Karana eta Idajil teh, tadina mah Malaikat kakasihna Allah ta’ala. Pangna dibendon ku Allah ta’ala, lantaran samemeh aya Adam, dipiwarang ngeusian ieu alam dunya, tapi dijangjianna lilana di alam dunya ngan sarebu taun. Ku sabab Malaikat Idajil ngarasa betah di alam dunya, teu hayangaeun deui balik ka Sawarga nepi ka tilu rebu taun, tah didinya mimitina dibendonna ku Allah ta’ala, jadi geus teu meunang balik deui ka Sawarga, kudu tetep di alam dunya bae. Tapi engke bakal ditetepkeun dina dasar Naraka sanggeus kiamatna ieu alam dunya, bakating ku bedegongna sang Idajil, manehna sanggup bae tapi nyuhunkeun idin rek ngagoda ka anak putu Adam, pibatureun manehna di Naraka. Gusti Allah ngidinan, hade tapi saha-saha anu teu Iman ka Aing jeung ka Rasulullah.
Ayeuna rek malikan deui pasal Adam, tadi diluhur ku jisim kuring geus dicaritakeun, anu didamel Adam majaji teh, tina acina seuneu, angin, cai, bumi, bilih bae anu ngaos sareng anu ngadangukeun ieu kitab nyangka saperti seuneu, angin, cai, bumi teh diperes saperti nyieun aci sampeu, saenyana lain kitu. Jadi anu kasebut aci seuneu, angin, cai, bumi teh buktina nyaeta sakur anu jaradi dina teneuh, saperti tatangkalana nu gede anu leutik, karana kapan sidik bisana ngagedean tatangkalan teh ku opat perkara. Hiji ku cicing dina taneuh, dua kudu kacaian, tilu kudu kaanginan, opat kudu kapanasan, cacakan karek ku kahieuman oge gening tara jadi buah. Jadi ku sabab eta tatangkalan lila cicingna di bumi, lila kacaiannana, lila kaanginannana, lila kapanasannana. Jadi eta hawana asup kana tatangkalan, sanggeus gede tangkalna, nya terus bijil buahna, tah eta bubuahan teh bakating wujud Adam, sanajan urang oge asal ti dinya bae, ngan bedana Adam mah didamel ku Allah ta’ala barang kadieuna mah saenggeusna aya Adam jeung Babu Hawa, atawa Idung Bapa urang, bubuahan teh didahar heula nya kajadian aya Wadzi, Madzi, Mani, Maningkem. Barang eta Wadi, Madi, Mani, Maningkem tepung, tegesna kontak jeung sorotna Nur Muhammad cahya nu opat perkara tea, nya kajadian kempel ngajadi Jabang Bayi di jero beuteung Indung. Ari nu teu jadi mah nyaeta anu teu kontak, tegesna henteu tepung jeung Nur Muhammad (Roh). Sabab tadi ge Allah ta’ala teh wenang, wenang ngajadikeunnana jeung wenang teu ngajadikeunnana. Manusa mah teu aya kakawasaan ngan ukur jadi lantaran pikeun ngajadikeun piwadaheunnana Roh bae, nyaeta tina sakur anu dituang, karana Indung Bapa urang upama teu barang tuang moal kajadian aya cimanina.

Kala waktu orok dijero beuteung teu acan aya nyawana, ngan kakara aya hirup wungkul, nyaeta roh suci tea, numatak teu acan aya rasa naon-naon barang gubrag kaluar. Roh suci kontak, hartina tepung jeung hawa ieu alam dunya. Nyaeta hawana tina bumi, seuneu, cai, angin. Nya kajadian eta orok aya nafasna atawa sifatna nyawa. Hakekatna nyawa nyaeta rasa jasmani, dina waktu eta panon buncelik teu acan aya awasna, ceuli molongo teu acan aya dengena, irung teu acan aya angseuna, sungut teu acan bisa nyarita ngan karek aya sorana bae. Barang geus dibere barang dahar nyaeta cisusu atawa daharan naon bae, nyaeta tina acina bumi seuneu, cai jeung angin, jadi eta aci nu opat perkara teh kajadian deui acina, nyaeta ngajadi getih opat perkara nu disebut Roh Jasmani, tuluy eta getih surup sinurup.

Getih hideung kajadian tina aci bumi sumurup kana kulit, nya ngarubakan kulitna orok. Hawana kaluar bijilna kana baham, watekna bisa ngomong. Getih nu beureum kajadian tina aci seuneu, sumurup kana daging, nya ngagedean dagingna orok. Hawana kaluar bijilna kana ceuli, watekna bisa ngadenge.
Getih nu bodas kajadian tina aci cai, sumurup kana tulang, nya ngagedean tulang (balung) orok. Hawana kaluar bijil kana panon watekna bisa ningali aya awasna.
Getih anu koneng kajadian tina aci angin, sumurup kana sungsum nya ngalobaan sungsumna orok. Hawana kaluar bijil kana irung watekna bisa ngambeu.
Sanggeusna eta orok geus rubak kulitna gede dagingna, gede tulangna loba sungsumna, kaluar deui hawana nyaeta nafsu opat perkara, Amarah-Lowamah-Sawiyah-Mutmainnah, nyaeta buktina sagala kahayang anu hade anu goreng.
Tuh gening bukti ngagedeannana jasad teh, sanajan tanaga pikiran, akal sumawona paningal, pangrungu, pangucap, pangangseu, teu aya deui anging ku pitulungna roh Seuneu Cai Angin Bumi. Naon sababna pang nulung kitu teh? Teu aya deui pang kajadian sagala ti dinya teh, supaya eta parabot-parabot teh kudu digunakeun dipake parabot ibadah jeung kudu dipake parabot keur nyieun jalan pikeun nganyahokeun ka asalna, nyaeta ka Allah supaya manehna kabawa sampurna, tegesna kabawa balik deui ka Allah, karana anging manusa anu katetepan Agama, manusa anu katetepan Elmu, anu bakal bisa nyampurnakeun roh-roh saalam dunya kabeh oge pada arasup ka manusa. Sumawonna rohna Bumi Seuneu Cai Angin eta mah sapopoena, sanajan roh-rohna hewan nu halal nu haram nu bersih nu najis, eta sakabeh oge pada arasup bae ka manusa.
Kieu jalan-jalanna, saperti bangsa tatangkalan (kai) bener sare’atna mah teu didahar ku manusa, tapi kapan sok dipake nyuluhan sangu atawa naon bae tangtu eta rohna asup kana sangu. Numatak jadi beda rasana waktu tadi keur beas keneh jeung geus jadi sangu. Kitu deui bangsa hewan anu haram anu najis oge milu arasup bae, puguh ari jinisna mah teu didahar, tapi upama Anjing Babi paeh di cai tangtu bangkena dihakan ku lauk cai, lauk cai asup deui ka manusa, jadi sidik manusa teh jadi cukang keur mareuntas roh-roh sa alam dunya balik deui ka Allah ta’ala.

Ku sabab eta sidik Gusti Allah mah suci tetep teu nyiksa teu ngaganjar, sateges-tegesna anu bakal nyiksa teh, nyaeta roh-roh tina sagala rupa anu geus asup ka manusa, ku lantaran teu dibawa balik deui ka Allah ta’ala. Rohna seuneu bakal jadi Naraka Panas, rohna cai engke bakal jadi Naraka Tiis, rohna bumi engke bakal jadi Naraka Poek, rohna hewan engke bakal nyeureudan atawa ngegelan kana nyawana manusa.

F. Alam Misal, martabat elmu, saha-saha manusa di dunyana geus ma’rifat kana asal wujudna, nyaeta Sagara Adam (C) tadi, eta elmuna geus tepi kana pangkatna Misal, hartina geus nyaho kana asal nyaeta sifatna cahya beureum koneng bodas hideung, engke dina maotna bakal asup ka Sawarga, tegesna dina kani’matan anu teu aya babandingannana sarta langgeng teu aya putusna.

G. Alam Insan Kamil, martabat kasampurnaan. Samangsa-mangsa manusa di dunyana geus bisa ma’rifat kana sifatna Allah ta’ala nu kasebut Johar Awal tea, atawa alam Wahdat (B) tadi, elmuna geus tepi kana pangkat Insan Kamil hartina Manusa Sampurna, engke dina maotna bakal jatoh kana pangkat Kamil Mukamil, hartina sarupaning sampurna, beak rasana, beak jasmanina, jadi Dzat Laesa Kamishlihi deui, saperti tadi samemeh urang turun ka alam dunya.

Kamis, April 15, 2010

Tatarucingan, Euy........

Cing pek teguh ieu tatarucingan di handap!
1. Make baju bodas lain dokter, make topi hejo lain tentara.
2. Hayam naon anu sukuna sarebu?
3. Diubek diteangan, geus kapanggih dipiceun. Naon?
4. Naon sababna lamun tumpak mobil sok nundutan?
5. Sato naon anu teu bisaeun mundur?
6. Bangku naon anu bisa didahar?
7. Cing pangnyebutkeun 5 rupa ngaran bungbuahan anu sok didahar, sakali nyebut!
8. Batu naon anu teu aya di cai?
9. Oray naon anu teu bisaeun ngaleor?
10. Jalma naon anu sukuna tilu panonna opat?
11. Di luar koneng, di jero bodas, nu apaleun monyet.
12. Hayam naon anu sukuna hiji?
13. Bapana udud, indungna nyeuseuh, anakna ceurik.
14. Gajah tumpak beca, gede naonna?
15. Baso dibalikkeun jadi naon?
16. Awakna leutik pisan, sirahna gede pisan.
17. Nini-nini bongkok kumaha sarena?
18. Piring naon anu bisa dipake nempo bulan?
19. Manuk naon anu jangjangna dina suku, sirahna dina suku?
20. Naon sababna ban mobil tina karet?
21. Sapi naon anu bau?
22. Piring naon anu pangrame-ramena di Indonesia?
23. Naon bedana sarimie jeung nini-nini?
24. Pribumi di luar ari semah di jero.
25. Dicabak beye, ditakol ngabelentrang.
26. Diusapan, didengkakkeun, tuluy diasupkeun.
27. Di luar hujan angina, di WC hujan naon?
28. Hayamna bodas, naonna anu hideung?
29. Buah naon anu dipikaresep ku lalaki?
30. Jam naon anu bisa nembang?
31. Monyet naek kana tangkal kai, tinggal naonna?
32. Pare naon anu teu ngeunah?
33. Jalma meuli kasur keur naon?
34. Sato naon anu sukuna dina sirah awakna dina sirah?
35. Kapas 2 kg, batu 1 kg, lamun ditinggangkeun kana suku nyeri mana?
36. Ku naon tukang baso nakolan mangkok?
37. Soeh teu bisa dikaput, kotor teu bisa diseuseuh.
38. Budak dugul asup kana embel.
39. Petina hiji, mayitna loba.
40. Kaca naon anu nyeri?
41. Naon sababna kareta api manjuna ngarayap?
42. Kaca naon anu seungit?
43. Kaca naon anu pangbeuratna?
44. Hayam naon anu keur jengke?
45. Ari sakintal bisa jadi sapuluh kilo?
46. Aya balon sapuluh, bitu hiji, kempes tilu, kari sabaraha deui?
47. Dicekek beuheungna dieleketek beuteungna.
48. Naon sababna ban sapedah anu tukang sok babari dugul?
49. Naon sababna lamun anjing keur lumpat sok ngalieuk bae ka tukang?
50. Kaca naon anu sok disada?
51. Cing pangmacakeun: Pa Ha 2 3 4 din
52. Sapi naon anu bisa ngarayap dina tembok?
53. Hayam naon anu isuk-isuk tara kongkorongok?
54. Supirna opatan ari panumpangna saurang.
55. Buah naon anu tara diala?
56. Piramida di jerona aya harta karun.
57. Gajah keur ulang taun. Sakumna sasatoan geus daratang, iwal ti titinggi, naon sababna?
58. Leutik, bodas, panjang, teuas, lumpatna ngabelesat.
59. Tukang naon lamun digeroan sok lumpat ngajauhan?
60. Ti peuting asak ti beurang atah.
61. Bajuna hejo, leumpangna nguriling bari udud.
62. Sukuna hiji, panonna tilu.
63. Ka handap muka ka luhur nutup.
64. Maju eleh, mundur meunang.
65. Aya manuk 10 ditembak hiji, tinggal sabaraha?
66. Sato naon anu pangleutik-leutikna sadunya?
67. Aya anjing begang, anjing lintuh, anjing jangkung, anjing pendek, jeung anjing edan rek nyokot tulang. Pangheulana anjing mana?
68. Kapal naon anu teu bisa ngapung?
69. Hideung, leutik, bahaya.
70. Kumaha ngabedakeun sirah cacing jeung buntut cacing?
71. Naha superman bajuna make hurup “S”?
72. Hiji diala ari loba teu diala.
73. buah naon anu sok diwedak?
74. Tangkal naon anu sok dipikasieun?
75. Lamun Arjuna neangan cinta, ari Bima neangan naon?
76. Sirahna dina beuteung, ceulina dina beuteung, beuheungna dina beuteung.
77. Sapedah naon anu bisa ngapung?
78. lauk naon anu bisa hiber?
79. Kuda naon anu teu bisa lumpat?
80. Ari nakol bedug aya sabaraha warna?
81. Minyak naon anu rame?
82. Batman nginum fanta, ari Superman nginum naon?
83. Hayam naon anu sok diteangan ku jelema?
84. Naon bedana onta jeung kangkung?
85. Tukang naon anu teu bisa ngitung?
86. Kalong naon anu pinter maen bal?
87. Bisa naek teu bisa turun.
88. kalimah naon anu dibaca ti hareup jeung ti tukang sarua hartina?
89. Gajah naon anu sukuna dua?
90. Hurup naon anu ngeunah?
91. Lamun Superman ngapung tara ngadeukeutan panonpoe, naon sababna?
92. Leutik bodas pikasieuneun.
93. Setan naon anu bisa nangtungkeun sepedah?
94. Sato naon anu pangharam-haramna?
95. Hayam naon anu sukuna 1002?
96. Rancung lain landak, hejo lain tentara.
97. Make baju lain manusa, make dudukuy lain patani.
98. Kasur naon anu matak nyeri?
99. Palu naon anu bisa pidato?
100. Akar di luhur, pucuk di handap.
101. Asup tarik kaluar laun.
102. Bisa turun teu bisa naek.
103. Boga sisit lain oray, boga makuta lain raja.
104. Budak dugul loba kutu.
105. Diasupkeun hejo, dikaluarkeun beureum.
106. Dicabak aya dilieuk euweuh.
107. Dicukur buluan, teu dicukur dugul.
108. Dipeuncit hirup, teu dipeuncit paeh.
109. Disebut sakali hirup, disebut dua kali paeh.
110. Ditakol nyendol teu ditakol nyendol.
111. Diudag lumpat didagoan cicing.
112. Gunung bitu, bandera kekelebetan.
113. Hiber lain ku jangjang, balik lain ku suku.
114. Indungna cicing anakna ancul-anculan.
115. Nangkub dieusi nangkarak kosong.
116. Oray hejo panonna loba.
117. Samak saheulay, lampuna mangrebu-rebu.

Jawabanana
1. Toge
2. Hayam keur pawey
3. Korong
4. Sabab banna buleud
5. Sato nu nukangan tembok
6. Bangkuang
7. Rujak
8. Batu garing
9. Oray nu ngalegleg linggis
10. Aki-aki make iteuk jeung kacamata
11. Cau
12. Hayam nu keur jengke
13. Kareta api
14. Gede bohongna
15. Bahe
16. Sireum make helm
17. Peureum
18. Piring bolong
19. Manuk anu katincak
20. Mun tina coklat pasti digembrong sireum
21. Sapiteng
22. Piringatan 17 Agustus
23. Manuk anu katincak
24. Tukang beca jeung panumpang
25. Tai kotok napel dina tihang listrik
26. Kacamata
27. Hujan-heujeun
28. Kalangkangna
29. Buahenol
30. Jamrud
31. Tinggal turunna
32. Parea-rea omong
33. Keur beunta
34. Kutu
35. Nyeri sukuna
36. Ku sendok
37. Keretas
38. Cilok
39. Korek api
40. Kacabok
41. Mun nangtung mah nabrak kapal nu keur ngapung
42. Kacapiring
43. Kacalikan gajah
44. Hayam nu keur sondah
45. Bisa, lamun kiloanana ruksak
46. Kari 9 da nu kempes teh ditiup deui.
47. Gitar
48.Balas cape mikiran kumaha carana hayang miheulaan ban hareup
49. Sabab teu make kaca spion
50. Kacapi
51. Pa Haji Samsudin
52. Sapiderman
53. Hayam paeh
54. Pasaran
55. Buah murag
56. Bacang
57. Sabab make sapatu heula, lila (loba teuing sukuna)
58. Remeh napel dina kareta api nu keur maju
59. Tukang maok
60. Lampu bohlam
61. Obat nyamuk
62. Lampu setopan
63. Seleting
64. Nu keur lomba tarik tambang
65. Euweuh hiji-hiji acan da kaburu hiber
66. Incuna kuman nu teu dahar saminggu
67. Anjing baseuh
68. Kapal nu mesinna ruksak
69. Sireum napel dina bom
70. Eleketek heula, nu seuri eta huluna
71. Sabab mun XL mah bakal logor teuing
72. Huis
73. Kesemek
74. Tangkal sampeu nu keur dipake nyumput maung
75. Neangan kukuna nu sok dibabawa ku tukang jamu
76. Orok nu keur dikakandung ku indungna
77. Sapedah anu ditalian kana 1000 balon gas nu keur ngapung
78. Lauk Indosiar
79. Kuda nu dicangcang
80. Ti luarna
81. Minyaksikan pertandingan sepakbola
82. Minumpas kejahatan
83. Hayam leungit
84. Onta mah di Arab, kangkung mah diurab
85. Tukang poto
86. Kalonggak beckham ya…Del Piero
87. Haji
88. Kasur ini rusak
89. Gajah nu keur keprok
90. Nya T
91. Sabab sieun S-na leeh kapanasan
92. Sireum nu napel dina huntu maung
93. Setandar
94. Anak bagong euweuh bapaan
95. Hayam nu keur gelut jeung titinggi
96. Kaktus
97. Bebegig
98. Kasura
99. Pa Lurah
100. Janggot
101. Leho
102. Hujan
103. Ganas
104. Onde-onde
105. seupah
106. Ceuli
107. Kadongdong
108. Rebab
109. Kuda
110. Goong
111. Kalangkang
112. Nu keur ngakeul sangu
113. Langlayangan
114. Lisung jeung halu
115. Kopeah
116. Peuteuy
117. Langit

Sabtu, April 03, 2010

Wirid Hidayat Jati

Wejangan ke-1 Ananing Dhat
Nasehat ke-1 Adanya Dzat
"Sajatine ora ana apa-apa awit duk maksih awang-uwung durung ana sawiji-wiji, kang ana dhingin Ingsun, ora ono Pangeran, anging Ingsun Sajatine Dhat Kang Maha suci anglimputi ing sipat Ingsun, anartani ing asman Ingsun, amratandhani ing af’al Ingsun."
"Sesungguhnya tidak ada apa pun ketika masih sunyi hampa belum ada sesuatu, yang paling awal adanya adalah AKU, sesungguhnya yang Maha Suci meliputi sifatKU, menyertai namaKU, menandakan perbuatanKU."
Nasehat di atas menunjukkan kepada kita bahwa pada mulanya alam semesta ini tidak ada, semuanya masih sunyi hampa (awang-uwung), yang paling dahulu ada adalah AKU (Allah). Jadi tidak ada sesuatu pun yang mendahului adanya AKU (Allah), dalam ajaran agama Islam biasa disebut bahwa Allah bersifat Qidam (Dahulu tidak ada yang mendahului), dan AKU (Allah) adalah sumber dari segala sesuatu.

Wejangan ke-2 Wahananing Dhat
Nasehat ke-2 Tempat Dzat
"Sajatine Ingsun dhat kang amurba amisesa kang kawasa anitahake sawiji-wiji dadi pada sanalika sampurna saka kodrat Ingsun, ing kono wus kanyatan pratandhaning af’al Ingsun kang minangka bebukaning iradat Ingsun, kang dhingin Ingsun anitahake kayu aran sajaratu’lyakin tumuwuh ing sajroning alam adammakdum ajali abadi, Nuli cahya aran nur muhammad, nuli kaca aran mirhatulkayai, nuli nyawa aran roh idlafi, nuli damar aran kandil, nuli sesotya aran darah, nuli dhindhing jalal aran kijab. Iku kang minangka warananing kalarat Ingsun."
"Sesungguhnya AKU (Allah) adalah dzat yang maha kuasa yang kuasa menciptakan segala sesuatu, jadi seketika, sempurna berasal dari kuasaKU (Allah), di situ telah nyata tanda perbuatanKU yang sebagai pembuka kehendakKU, yang pertama AKU menciptakan Kayu bernama Sajaratulyakin tumbuh di dalam alam yang sejak jaman azali (dahulu) dan kekal adanya. Kemudian Cahya bernama Nur Muhammad, berikutnya Kaca bernama Mir’atulhayai, selanjutnya Nyawa bernama Roh Idhofi, lalu Lentera (damar) bernama ‘Kandil’, lalu Permata (sesotya) bernama Darah, lalu dinding pembatas bernama Hijab. Itu sebagai tempat kekuasaanKU (Allah)."
Nasehat di atas menunjukkan pada kita bahwa AKU (Allah) merupakan dzat yang maha kuasa yang kuasa menciptakan segala sesuatu hanya dengan satu sabda saja yaitu KUN, maka seketika jadi (FA YAKUN), semua ciptaannya sempurna sebagai pertanda perbuatan (af’al)KU (Allah).
Pertama diciptakan adalah Pohon (kayu) bernama SajaratulYakin, mungkin yang dimaksudkan adalah sajaratulkaun (pohon kejadian) yang merupakan awal dan asal mula penciptaan.
Kedua diciptakan Cahaya yang diberi nama Nur Muhammad. Menurut beberapa ahli, nur muhammad ini merupakan bibit alam semesta. Nur Muhammad dimaksudkan adalah bukan sebagai cahaya dari muhammad, nabinya orang Islam, melainkan secara bahasa berarti cahaya yang terpuji, sehingga dikatakan semua ciptaan pasti berasal dari nur muhammad ini, mengandung nur muhammad. Hal itu pula yang mengisyaratkan adanya pemahaman bahwa dalam tingkatan tertentu kebenaran hanyalah satu, adanya ajaran-2 yang berbeda setelah mencapai tahap tertentu ternyata sama belaka, karena bersumber dari dari Cahaya yang terpuji, cahaya kebenaran, yaitu Nur Muhammad.
Ketiga Allah menciptakan Kaca bernama Miratulhayai (Cermin Kehidupan atau Cermin Malu), dimana ada sebagian ahli yang mengatakan bahwa setelah diciptakannya Cermin ini, Nur Muhammad akhirnya dapat melihat wujudnya, yang mengakibatkan dirinya bergetar hebat dan berkeringat, dari tetesan keringat inilah makhluk hidup berasal.
Keempat diciptakan Nyawa yang diberi nama Roh Idhofi.
Kelima diciptakan Lentera yang diberi nama Kandil.
Keenam diciptakan Permata diberi nama Darah
Ketujuh diciptakan dinding pembatas antara kehidupan fisik dan non fisik, antara yang kasar dan halus, yang disebut hijab. Hijab ini sendiri dalam keilmuan banyak jenisnya.

Wejangan ke-3 Kahananing Dat
Nasehat ke-3 Keadaan Dzat
"Sajatine manungsa iku rahsan Ingsun lan Ingsun iku rahsaning manungsa, karana Ingsun anitahake adam asal saka anasir patang prakara, bumi, geni, angin, banyu. Iku kang dadi kawujudaning sipat Ingsun, ing kono Ingsun panjingi mudah limang prakara, nur, rahsa, roh, napsu, budi. Iya iku minangka warananing wajah Ingsun kang maha suci."
"Sesungguhnya manusia itu rahsaKU dan AKU itu rahsanya manusia, karena AKU menciptakan Adam berasal dari empat perkara, bumi, api, angin, air. Itu sebagai perwujudan sifatKU, di sana AKU tempatkan lima perkara, nur, rahsa, roh, nafsu, budi. Itulah sebagai perwujudan wajahKU yang maha suci."
Nasehat ke-3 menerangkan bahwa manusia diciptakan sebagai ‘rahsa’ (bukan rasa, sebab antara rasa dan rahsa dalam keilmuan jawa berbeda) dari Allah, dan Allah itu sebagai ‘rahsa’ dari manusia. Yang dimaksud adalah bahwa Allah menciptakan manusia menurut gambaranNya atau menurut citraNya, seperti pernah saya kemukakan bahwa pada tubuh manusia tertulis huruf ALLAH, yaitu : (terlihat saat mengangkat kedua tangan, seperti dalam takbiratul ihram, membaca allahu akbar)
alif sebagai garis dari ujung jari tangan kanan turun hingga ke ujung jari kaki kanan,
lam pertama dari ujung jari tangan kanan turun melalui bahu kanan dan naik ke puncak kepala,
lam kedua dari puncak kepala turun melalui bahu kiri dan naik hingga ujung jari tangan kiri,
ha sebagai garis dari ujung jari tangan kiri turun hingga ujung jari kaki kiri.
Dan manusia diciptakan berasal dari empat unsur yang merupakan gambaran sifatNya yaitu bumi, api, angin dan air.
Bumi dalam tubuh kita terwujud pada hal-2 yang bersifat kedagingan, dan dibagi menjadi dua hal yaitu yang merupakan unsur dari bapak berupa tulang, otot, kulit dan otak, dan unsur dari ibu berupa daging, darah, sungsum dan jerohan.
Api dalam tubuh menjadikan empat nafsu yaitu aluamah, amarah, supiyah dan mutmainah.
Aluamah berwatak suka terhadap makanan, sifatnya membangkitkan kekuatan badan
Amarah berwatak suka marah, emosi, sifatnya membangkitkan kekuatan kehendak (bhs jawa : karep)
Supiyah berwatak keinginan, keterpesonaan, keinginan memiliki, bersifat membangkitkan kekuatan pikir berupa akal
Mutmainah berwatak kesucian dan ketenangan, bersifat membangkitkan kekuatan untuk berpantang (bhs jawa : tarakbrata)
Angin dalam tubuh kita terwujud dalam empat hal yaitu napas, tannapas, anapas dan nupus.
Napas merupakan ikatan badan fisik, bertempat di hati suwedhi, yaitu jembatan hati, berpintu di lisan
Tannapas merupakan ikatan hati, bertempat di pusar, berpintu di hidung
Anapas merupakan ikatan roh, berpintu di telinga
Nupus merupakan ikatan rahsa, bertempat di hati puat yang putih yaitu jembatan jantung, berpintu di mata.
Air dalam tubuh menjadikan empat elemen roh yaitu roh hewani, roh nabati, roh rabbani dan roh nurrani.
Roh hewani, menumbuhkan kekuatan badan
Roh nabati menumbuhkan rambut, kuku, dan menghidupkan budi
Roh rabbani menumbuhkan rahsa (dzat hamba)
Roh nurrani menumbuhkan cahaya.
Setelah empat unsur alam terbentuk dalam tubuh manusia, kemudian Allah menempatkan pula lima hal yaitu dzat hamba (jawa : mudah) sebagai gambaran wajahNya yaitu nur, rahsa, roh, nafsu dan budi.
Nur, merupakan terangnya cahya, jika mewakili Dzat Yang Maha Suci dapat menerangi lahir batin
Rahsa, rasa jika mewakili Dzat Yang Maha Suci dapat menumbuhkan daya ketenteraman di lahir batin
Roh, penglihatan roh jika mewakili Dzat Yang Maha Suci menjadikan penguasaan sempurna
Nafsu, kekuatan nafsu jika mewakili Dzat Yang Maha Suci menumbuhkan kekuatan kehendak yang sentosa
Budi, penciptaan budi jika mewakili Dzat Yang Maha Suci menumbuhkan daya cipta yang sentosa.
Oleh karena itulah beberapa orang mengatakan bahwa manusia mempunyai sifat-2 Tuhan dan juga mempunyai kesucian wajah Tuhan.

Wejangan ke-4 Pambukaning tata malige ing dalem betalmakmur
Nasehat ke-4 Pembukaan tahta dalam baitulmakmur
"Sajatine Ingsun anata malige ana sajroning betalmakmur, iku omah enggoning paramejang Ingsun, jumeneng ana sirahing Adam. Kang ana sajroning sirah iku dimak, yaiku utek, kang ana antaraning utek iku manik, sajroning manik iku budi, sajroning budi iku napsu, sajroning napsu iku suksma, sajroning suksma iku rahsa, sajroning rahsa iku Ingsun, ora ana Pangeran, ananging Ingsun, dhat kang nglimputi ing kahanan jati."
"Sesungguhnya AKU bertahta dalam baitulmakmur, itu rumah tempat pestaKU, berdiri di dalam kepala Adam. Yang pertama dalam kepala itu ‘dimak’ yaitu otak, yang ada di antara otak itu ‘manik’ di dalam ‘manik’ itu budi, di dalam budi itu nafsu, di dalam nafsu itu suksma, di dalam suksma itu rahsa, di dalam rahsa itu AKU, tidak ada Tuhan selain hanya AKU, dzat yang meliputi keberadaan yang sesungguhnya."
Nasehat ini menyatakan bahwa Allah bertahta atau bersinggasana di dalam baitul makmur, yang berada di dalam kepala manusia. Barangkali kalau memakai bahasa orang-2 reiki yang dimaksud dengan baitul makmur adalah cakra mahkota yang ada di puncak kepala. Di dalam kepala manusia terdapat otak. Di antara otak itu sendiri terdapat lapisan-2 sebagai berikut :
Yang pertama ‘manik’
Di dalam manik terdapat budi
Dalam budi terdapat nafsu
Dalam nafsu terdapat suksma
Dalam suksma terdapat rahsa
Dalam rahsa terdapat AKU (Allah)
Dan sesungguhnya tidak ada Tuhan selain hanya AKU (Allah), dzat yang meliputi segalanya.

Wejangan ke-5 Pambuka tata malige ing dalem betalmukarram
Nasehat ke-5 Pembuka tahta dalam baitul mukarram
"Sajatine Ingsun anata malige ana sajroning baitalmukarram, iku omah enggoning lelaraning Ingsun, jumeneng ana ing dhadhaningg adam. Kang ana sajroning dhadha iku ati, kang ana antaraning ati iku jantung, sajroning jantung iku budi, sajroning budi iku jinem , yaiku angen-angen, sajroning angen-angen iku suksma, sajroning suksma iku rasa, sajroning rasa iku Ingsun. Ora ana pangeran anaging Ingsun dhat kang anglimputi ing kahanan jati."
"Sesungguhnya AKU bertahta dalam baitulmukarram, itu rumah tempat laranganKU, berdiri di dalam dada adam. Yang ada di dalam dada itu hati, yang ada di antara hati itu jantung, dalam jantung itu budi, dalam budi itu jinem, yaitu angan-2, dalam angan-2 itu suksma, dalam suksma itu rahsa, dalam rahsa itu AKU. Tidak ada Tuhan kecuali hanya AKU dzat yang meliputi keberadaan yang sesungguhnya."
Dalam nasehat ini Allah menyatakan bahwa diriNya bertahta di baitul muharram yang menjadi tempat larangan, berada di dalam dada manusia. Mungkin yang dimaksud adalah cakra jantung. Disebutkan bahwa di dalam dada manusia itu terdapat susunan sebagai berikut :
Pertama hati (kalbu)
Di antara hati terdapat jantung,
Di dalam jantung ada budi
Di dalam budi ada angan-2
Di dalam angan-2 ada suksma
Di dalam suksma ada rahsa
Di dalam rahsa ada AKU
Di atas dikatakan bahwa jantung terdapat di antara hati. Yang dimaksud dengan hati ini bukanlah lever atau hati secara fisik, melainkan hati secara maknawi, karena pada diri manusia ada terdapat lebih dari satu hati, yang menurut keilmuan ada yang namanya hati puat, hati suwedhi, dll.
Kembali di wejangan ke-5 ini ditegaskan bahwa tidak ada Tuhan selain AKU (Allah), dzat yang meliputi keberadaan sesungguhnya (kahanan jati). Mengapa itu perlu ditegaskan, karena untuk menghindari salah pengertian bagi mereka yang telah mendapatkan wejangan ini, jangan sampai karena merasa bahwa AKU (Allah) bertahta di kepala dan di dala manusia, lalu manusia tersebut mengaku dirinya sebagai Tuhan, atau menjadi bagian dari Tuhan. Jika itu yang terjadi, maka manusia tsb telah jauh tersesat.

Wejangan ke-6 Pambuka tata malige ing dalem betalmukadas
Nasehat ke-6 Pembuka tahta dalam baitulmuqaddas
"Sajatine Ingsun anata malige ana sajroning betalmukadas, iku omah enggoning pasucen Ingsun, jumeneng ana ing kontholing adam. Kang ana sajroning konthol iku prinsilan, kang ana ing antaraning pringsilan iku nutfah, yaiku mani, sajroning mani iku madi, sajroning madi iku wadi, sajroning wadi iku manikem, sajroning manikem iku rasa, sajroning rasa iku Ingsun. Ora ana pangeran anging Ingsun dhat kang anglimputi ing kahanan jati, jumeneng sajroning nukat gaib, tumurun dadi johar awal, ing kono wahananing alam akadiyat, alam wahdat, alam wakidiyat, alam arwah, alam misal, alam ajsam, alam insan kamil, dadining manungsa kang sampurna, yaiku sajatining sipat Ingsun."
"Sesungguhnya AKU bertahta di dalam baitul muqaddas, itu rumah tempat kesucianKU, berdiri di penis/alat kelamin (konthol) adam. Yang ada di dalam penis itu buah pelir (pringsilan), di antara pelir itu nutfah yaitu mani, di dalam mani itu madi, di dalam madi itu wadi, di dalam wadi itu manikem, di dalam manikem itu rahsa, di dalam rahsa itu AKU. Tidak ada Tuhan kecuali AKU dzat yang meliputi keberadaan sesungguhnya, berdiri di dalam nukat gaib, turun menjadi johar awal, di situ keberadaan alam ahadiyat, wahdat, wahidiyat, alam arwah, alam misal, alam ajsam, alam insan kamil, jadinya manusia sempurna yaitu sejatinya sifatKU."
Nasehat ini menyatakan bahwa ALLAH bertahta di baitul muqaddas atau baitul maqdis yang merupakan tempat suciNYA yang berada di alat kelamin manusia yang tersusun atas hal-2 sebagai berikut :
Pertama pelir, yang berisi nutfah atau mani
Madi yang merupakan sari dari mani
Wadi sebagai sari dari madi
Manikem sebagai sari dari wadi
Di dalam manikem ada rahsa
Di dalam rahsa ada AKU.
Di sini disebutkan pula bahwa manusia sempurna adalah sebagai perwujudan sifatNYA dan terbentuk melalui tujuh tahapan alam yang dilaluinya, biasa dikenal dengan istilah martabat pitu atau martabat tujuh yaitu
Pertama alam ahadiyah
Kedua wahdat
Ketiga wahidiyah
Keempat arwah
Kelima misal
Keenam ajsam
Ketujuh insan kamil (manusia sempurna).

Wejangan ke-7 Panetep santosaning iman
Nasehat ke-7 Penetapan iman sentosa
"Ingsun anekseni satuhune ora ana Pangeran ananging Ingsun lan anekseni Ingsun satuhune muhammad iku utusan Ingsun."
"AKU menyaksikan bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan kecuali hanya AKU dan AKU menyaksikan sesungguhnya Muhammad itu adalah utusanKU."
Dalam nasehat ini Allah menyatakan kesaksianNya yang ditujukan kepada makhluk ciptaanNya, bahwa tidak ada tuhan lain kecuali hanya Dia semata, dan Muhammad adalah benar-benar rasul atau utusanNya.

Wejangan ke-8 Sasahidan
Nasehat ke-8 Sahadat/kesaksian
"Ingsun anekseni ing Dhat Ingsun dhewe, satuhune ora ana Pangeran anging Ingsun, lan anekseni Ingsun satuhune muhammad iku utusan Ingsun. Iya sejatine kan aran Allah iku badan Ingsun, rasul iku rasane Ingsun, muhammad iku cahayaning Ingsun. Iya Ingsun kang urip tan kena ing pati, iya Ingsun kang eling tan kena ing lali, iya Ingsun kang langgeng ora kena owah gingsir ing kahanan jati, iya Ingsun kang waskitha, ora kasamaran ing sawiji-wiji. Iya Ingsun kang amurba amisesa, kang kawasa wicaksana ora kekurangan ing pakerthi, byar sampurna padhang terawangan, ora kerasa apa-apa, ora ana katon apa-apa, amung Ingsun kang anglimputi ing alam kabeh kalawan kodrat Ingsun."
"AKU menyaksikan pada DzatKU sendiri, sesungguhnya tidak ada Tuhan kecuali AKU, dan menyaksikan AKU sesungguhnya muhammad itu utusanKU. Sesungguhnya yang bernama Allah itu badanKU, rasul itu rahsaKU, muhammad itu cahayaKU. AKUlah yang hidup tidak bisa mati, AKUlah yang ingat tidak bisa lupa, AKUlah yang kekal tidak bisa berubah dalam keberadaan yang sesungguhnya, AKUlah waskita, tidak ada tersamar pada sesuatu pun. AKUlah yang berkuasa berkehendak, yang kuasa bijaksana tidak kurang dalam tindakan, terang sempurna jelas terlihat, tidak terasa apa pun, tidak kelihatan apa pun, kecuali hanya AKU yang meliputi alam semua dengan kuasa (kodrat)KU."
Nasehat ini merupakan penutup yang berupa sahadat atau penyaksian. Nasehat pertama sampai dengan kedelapan merupakan satu rangkaian yang tidak boleh diputus, sebab jika terputus maka pemahamannya akan berkurang.

Wirid Hidayat Jati untuk Kaum Hawa
"Ing ngandhap punika wonten wirayating guru. Manawi amedharaken rahsaning betal mukadas, ing ngatasipun amejang dhateng tiyang estri wenang kiniyasaken makaten."
"Wirid Hidayat jati pertama tama memang diajarkan pada kaum Adam, lalu selanjutnya ada murid perempuan yang menginginkan wirid ajaran tersebut, maka menurut petunjuk dirubahlah wirid tersebut khusus untuk kaum hawa."
"Ing nalika ingkang maha suci karsa anata malige wonten salebeting betal mukadas, jumeneng ing baganipun siti khawa. punika ingkang wonten salebeting baga, purana."
"Ketika Hyang Maha Suci berkehendak menata di dalam betalmukhadas, maka Dia Jumeneng (berdiri) dalam badan wanita (siti khawa),yaitu di dalam kandungan."
"Ingkang wonten ing ngantawisipun purana, reta: inggih punika mani, salebeting mani, madi, salebeting madi, wadi. Salebeting wadi manikem. Salebeting manikem, rahsa. Salebeting rahsa punika dating Atma, ingkang anglimputi ing kahanan jati."
"Kemudian diantara purana (kandungan?)terdapatlah indung telur (reta), yaitu mani, dalam mani ada madi, dalam madi ada wadi, dalam wadi ada manikem, dalam manikem ada rahsa. Dalam rahsa ini adalah dating Atma, yang berkuasa penuh akan kesejatian."
Jadi sebelum intercouse yang diridhoi Nya yang nantinya akan menjadi manusia, maka kedua belah pihak (laki dan perempuan) merupakan alat sarana Tuhan untuk penciptaan manusia, yaitu dengan kedua belah pihak mendapat Rasa Hyang Tunggal , rasa yang hanya satu, walaupun ujud berbeda dan yang merasakan berbeda pula. Maka dalam Kejawen Hubungan suami istri adalah suci dan merupakan ajaran luhur untuk mendapatkan keturunan yang lebih baik. Lalu coba dilihat jaman sekarang, adakah yang masih seperti itu, ataukah sudah jauh bergeser.