Sebuah kisah tentang seekor burung beo yang pandai berbicara:
Seorang pedagang minyak sangat menyukai burung beo peliharaannya karena kepandaiannya mengoceh dan kebisaannya menjaga kiosnya ketika ia sedang keluar.
Suatu hari, ketika si beo sedang sendirian di kios, seekor kucing menjatuhkan sebuah toples minyak. Ketika si pedagang kembali ke kiosnya dia menyangka bahwa si beo yang menjatuhkan toples itu. Karena marah dihantamnya kepala si beo berulang-ulang sampai bulu-bulu di kepalanya tercerabut. Sang beo pun kelenger dan kehilangan kemampuannya berbicara sampai beberapa hari saking shocknya.
Dan pada suatu hari kemudian, si beo melihat ada seorang tua yang botak berjalan melewati kios. Mendadak si beo bisa berbicara lagi, dengan bersemangat ia berteriak, ”Hai orangtua, toples minyak siapa yang engkau tumpahkan ?
Orangtua itu tersenyum. Si beo tidak tahu bahwa kebotakannya adalah karena usianya, bukan tercerabut karena dipukuli kepalanya.
.: Makanya …! Jangan suka nyama-nyamain.
Doa untuk si Mayit | |||||||
Dalam perjalanannya menuju mesjid, Iring-iringan jenazah melewati seorang badui. Pemandangan ini membuat si badui merenung sejenak. "Aku akan ikut sholatkan jenazah itu agar bila aku mati nanti orang juga tak segan menyolatkan aku," pikir si badui. Ia lalu mengikuti iringan jenazah itu memasuki mesjid. Setelah menyolatkan, ia kembali mengurus kerjaannya. Malam harinya sang imam mimpi bertemu dengan si mayit. Ia tampak sangat bahagia. "Bagaimana keadaanmu," tanya sang imam. "Alhamdulillah, Allah telah mengampuni dosa-dosaku berkat doa si badui." Keesokan harinya sang imam mencari si Badui. Setelah bertemu, ia bertanya, "Doa apa yang kau baca sewaktu sholat jenazah kemarin." "Aku tidak membaca apa-apa," kata si Badui. "Semalam aku mimpi bertemu dengan mayit yang kita sholatkan kemarin. Ia bercerita bahwa Allah telah mengampuni dosa-dosanya berkat doamu." "Aku tidak berdoa apa-apa. Aku hanya berkata: Ya Alloh, sekarang ia adalah tamu-Mu. Kalau tamuku, tentu akan kusembelihkan seekor kambing." Tampak Seperti Wujudmu Nasrudin sedang merenungi harmoni alam dan kebesaran Penciptanya. "Oh Kekasih Yang Agung, seluruh diriku terselimuti oleh-Mu. Segala yang tampak oleh mataku. Tampak seperti wujud-Mu". Seorang tukang melucu menggodanya, "Bagaimana jika ada orang jelek dan dungu lewat di depan matamu ?" Nasrudin berbalik, menatapnya, dan menjawab dengan konsisten: "Tampak seperti wujudmu."
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar